- Kolase tvOnenews / YouTube: CURHAT BANG Denny Sumargo
Denny Sumargo Tak Bisa Sembunyikan Air Mata, Hampir Meledak Tangisnya ketika Dengar Ibunda Timothy Anugerah Ngomong Begini
tvOnenews.com - Denny Sumargo tak bisa menyembunyikan air mata saat berbincang dengan ibunda Timothy Anugerah dalam podcast terbarunya.
Dalam tayangan YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo yang diunggah 16 jam lalu, suasana haru begitu terasa ketika sang ibu, Sharon, menceritakan perjalanan hidup dan kepergian anak tunggalnya itu.
Denny Sumargo sempat menghela napas dalam dan hampir meledak tangisnya sebelum percakapan dimulai.
Denny Summargo soal Kematian Timothy Anugerah. (Sumber: YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo)
Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa semester 7 jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana (Unud) Bali, meninggal dunia pada 15 Oktober 2025 setelah diduga melompat dari lantai 4 gedung FISIP sekitar pukul 09.00 WITA.
Ia sempat dirawat di RSUP Prof. Ngurah Rai, Denpasar, tapi dinyatakan meninggal akibat luka parah seperti patah tulang.
Kasus ini mencuat karena dugaan perundungan (bullying) dari sesama mahasiswa, terutama setelah muncul tangkapan layar grup chat yang mengejek kematiannya, memicu kemarahan publik.
Denny Sumargo yang turut bersuara tegas soal kasus ini melalui akun TikTok-nya.
Ia menyampaikan duka cita mendalam untuk keluarga Timothy dan mengutuk maraknya konten sensasional palsu, seperti klaim video CCTV detik-detik kematian, yang memanfaatkan tragedi untuk views.
Denny menyoroti sikap tidak empati para pelaku bullying, seperti isi chat grup yang seperti tidak punya hati nurani, serta sanksi ringan dari Unud hanya nilai D atau pemecatan dari organisasi kemahasiswaan yang dianggap tidak sebanding.
Ia mendesak penanganan serius untuk mencegah kasus serupa.
Dalam podcast, Sharon sebagai ibunda dari mendiang Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana yang meninggal dunia pada Oktober 2025 dan menjadi sorotan publik karena dugaan kasus perundungan di lingkungan kampus, berbagi pandangan mengenai kepribadian Timothy, kronologi peristiwa yang terjadi, serta harapan keluarga terhadap proses investigasi dan penegakan keadilan.
Melalui dialog yang mendalam dan objektif, podcast ini berupaya memberikan ruang bagi suara keluarga korban serta menggugah kesadaran bersama tentang pentingnya lingkungan pendidikan yang aman, beretika, dan bebas dari kekerasan dalam bentuk apa pun.
Denny Sumargo membuka podcast dengan penuh empati dan rasa hormat.
Ia menyampaikan duka cita mendalam untuk keluarga Timothy Anugerah.
“Saya pertama turut berduka cita sedalam-dalamnya. Waktu itu saya sudah sampaikan di media sosial saya kan karena banyak sekali masyarakat itu yang hubungin saya untuk nge-up kasus ini gitu kan,” ujar Denny.
Sebelumnya, Denny memang sempat ragu untuk menghubungi pihak keluarga.
“Cuma awalnya saya berpikir bahwa ini kan orang berduka ya. Jadi aku pikir tidak sepantasnya saya menghubungi. Tapi setelah beberapa hari itu saya lihat ada pelaporan kan di kantor polisi yang dilakukan oleh ayah dari Timothy. Betul ya?” tanyanya kepada Sharon yang mengangguk pelan.
Denny lalu melanjutkan, “Akhirnya saya cobalah coba hubungin kira-kira ada yang bisa kita bantu untuk diluruskan atau gimana. Akhirnya tante hadir di sini nih dari Bali ya baru tiba hari ini ya.”
Ibunda Timothy menjawab dengan nada lembut namun jelas menyiratkan duka yang dalam, “Iya kita habis ini mau ke Bandung gitu karena mama saya baru tahu juga karena baru pulang dari luar negeri. Kemudian kita semua keep ini berita. Jadi baru pulang terus kita beritahu dan abunya Timi sudah dibawa papanya ke Bandung. So habis ini kita mau ke Bandung.”
Mendengar kalimat itu, Denny Sumargo tak mampu menahan emosinya. Ia menarik napas panjang, menunduk sejenak, lalu berkata lirih, “Hmm.. (menghela napas dalam) jadi sedih saya belum mulai. Maaf ya tante. Kita harus membahas ini ya.”
Dalam dialog tersebut, Sharon mengungkap sisi lain dari sosok Timothy yang mungkin belum banyak diketahui publik.
Ia menjelaskan bahwa putranya bukanlah anak yang bermasalah atau memiliki gangguan mental.
Ia bahkan sempat berbicara sebelum meninggal dunia di rumah sakit dengan kalimat terakhirnya, “Maafin Mama, Maafin Papa.”
Sharon juga meluruskan berbagai spekulasi yang beredar di media sosial.
Ia menegaskan bahwa nama “Anugerah” pada anaknya bukan karena penantian panjang, melainkan karena Timothy lahir dengan proses yang lancar meski berisiko.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa keluarga menyerahkan sepenuhnya proses penyelidikan kepada pihak kepolisian.
(anf)