- alomedika.com
Apa Itu Intermittent Fasting dan Apa Saja Manfaatnya bagi Kesehatan?
Dapat menurunkan berat badan dengan cara yang sustainable, terhindar dari risiko diabetes, penyakit jantung dan kanker, juga meningkatkan kesehatan otak dan kekuatan tubuh adalah sedikit dari sekian banyak manfaat intermittent fasting.
Lalu apa sebenarnya intermittent fasting itu?
Hampir setiap saat para peneliti dari seluruh dunia dapat menguak manfaat terkait intermittent fasting. Intermittent fasting ini sendiri adalah jadwal makan dan puasa yang teratur dimana si pelaku harus mengurangi atau meniadakan sama sekali asupan makanan dan kalori pada hari-hari tertentu.
Biasanya penganut gaya hidup intermittent fasting ini makan normal dalam beberapa hari selama sepekan tapi makan sedikit sekali pada hari-hari lainnya. Terkadang ada pula yang melakukan intermittent fasting ini seperti puasa Nabi Daud, sehari puasa dan sehari tidak.
Dengan melakukan pola diet seperti ini seseorang dapat mengubah sel-sel dan proses metabolisme tubuh sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh.
Dilansir dari Time, seorang peneliti dan direktur di lembaga kesehatan non-profit di Utah, Benjamin Horne mengatakan bahwa puasa intermittent ini juga dapat mengurangi inflamasi, menurunkan tekanan darah, serta sangat bermanfaat bagi jantung.
Tipe diet satu ini sering menjadi pilihan bagi banyak orang, hal ini karena mereka tak perlu bersusah payah menahan diri untuk mengkonsumsi makanan tertentu atau membatasi asupan kalori harian. Jika sedang ingin makan makanan tertentu, maka pelaku diet ini bisa memakan apa yang diinginkannya pada hari ia bisa makan secara normal, tentunya dengan jumlah yang tak berlebihan.
Lebih lanjut, Mark Mattson, Kepala Laboratorium Ilmu Saraf Johns Hopkins School of Medicine juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang melakukan intermittent fasting membuat pembakaran kalori tubuh lebih efisien.
Hal ini karena puasa intermittent membuat tubuh seperti dalam kondisi berolahraga dan membuat tubuh mengambil energi dari lemak alih-alih dari cadangan energi yang disimpan di liver.
Mattson juga menjelaskan beberapa metode yang aman dan nyaman untuk melakukan ini. Salah satunya adalah dengan metode 5:2, dimana dalam dua hari (entah selang-seling atau berurutan) pelaku intermittent fasting harus mengurangi asupan kalori.
Ia menyarankan maksimal hanya mengonsumsi 500 kkal. Asupan kalori ini dapat berasal dari lemak atau protein seperti telur, ikan, dan kacang-kacangan. Sangat disarankan juga untuk mengurangi atau bahkan tidak mengkonsumsi karbohidrat sama sekali selama dua hari ini.
Namun demikian, secara keilmuan intermittent fasting ini belum banyak diteliti secara mendalam. Jadi belum dapat dipastikan apakah ada risiko jangka panjang saat menjalani gaya hidup seperti ini.
Puasa intermittent ini tentu akan lebih mudah dilakukan usai momen bulan suci Ramadhan karena tubuh sudah terbiasa berpuasa. Melakukannya pada momen ini juga akan menghindarkan gejala lapar dan gelisah berlebih yang biasa muncul pada masa awal-awal berpuasa. (afr)