news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Sumber :
  • ANTARA

APBN Diklaim Tetap Aman Meski Diterpa Tekanan Global di Semester I 2025, Kemenkeu: Defisitnya Kecil

Pemerintah mengklaim bahwa arah pengelolaan anggaran sejauh ini masih sesuai jalur dan dapat dikendalikan meski gejolak dinamika global masih mengintai.
Sabtu, 28 Juni 2025 - 17:11 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.comKementerian Keuangan (Kemenkeu) mengklaim bahwa kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga pertengahan 2025 masih berada dalam kondisi aman.

Hal ini disampaikan di tengah sejumlah dinamika global yang berpotensi mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional.

Situasi geopolitik internasional dan kebijakan ekonomi beberapa negara besar belakangan ini menjadi perhatian utama.

Meski demikian, pemerintah mengklaim bahwa arah pengelolaan anggaran sejauh ini masih sesuai jalur dan dapat dikendalikan.

Kemenkeu juga tengah menyiapkan laporan keuangan negara yang akan disampaikan kepada DPR RI pada Juli mendatang, sebagai bentuk pertanggungjawaban fiskal semester I tahun ini.

"APBN kita aman, kita melihat trajectory dari yang kemarin sudah kita laporkan sampai bulan Mei, itu kita lihat trajectory-nya cukup terkendali," kata Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, saat ditemui di Jakarta, Sabtu (28/6/2025).

Febrio menjelaskan, saat ini memang terdapat tekanan terhadap penerimaan negara.

Namun di sisi lain, pemerintah sudah mulai menjalankan sejumlah program belanja.

"Sehingga kita lihat kemarin defisitnya kecil," lanjutnya.

Ia menambahkan, laporan semester I APBN akan disampaikan secara resmi kepada DPR pada 8 Juli 2025. 

Febrio optimistis kinerja anggaran negara masih berada di jalur yang sejalan dengan proyeksi pemerintah.

"Nanti kita akan laporkan di laporan semester, tetapi sampai akhir Mei kemarin trajectory-nya tetap baik," ujarnya menegaskan.

Selama paruh pertama 2025, sejumlah peristiwa global diketahui memberikan pengaruh terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Di antaranya adalah kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat dan memanasnya konflik antara Iran dan Israel yang berdampak pada jalur logistik dunia.

Khusus untuk kebijakan resiprokal, pemerintah AS menetapkan batas waktu negosiasi tarif hingga 8 Juli 2025.

Batas tersebut dihitung 90 hari sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif balasan terhadap negara mitra dagang utama, termasuk Indonesia, pada awal April 2025.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa dalam sejumlah pertemuan dan pertukaran dokumen, pemerintah AS tidak menyampaikan permintaan tambahan kepada Indonesia terkait kebijakan tarif tersebut.

Airlangga menilai bahwa tarif 32% yang dikenakan AS terhadap produk Indonesia hanya bertujuan untuk memperbaiki neraca perdagangan antara kedua negara.

Sementara itu, dari sisi geopolitik, Presiden RI Prabowo Subianto bersama Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim turut menyoroti perkembangan konflik antara Iran dan Israel.

Keduanya menyambut baik keberlakuan gencatan senjata saat ini dan berharap proses perdamaian dapat terus berlanjut.

"Kami tetap mendorong penyelesaian damai dari semua pihak dan menyambut baik adanya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Kita berharap proses ini dapat terus berlanjut menuju perdamaian," ujar Presiden Prabowo dalam konferensi pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (27/6).

Pemerintah tampaknya ingin tetap menjaga optimisme terhadap ketahanan fiskal di tengah tantangan global. 

Melihat stabilitas APBN yang diklaim tetap terjaga, pemerintah berupaya memastikan bahwa agenda pembangunan nasional tetap berjalan tanpa hambatan signifikan. (ant/rpi)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral