- Antara
IHSG Bergerak Variatif: Investor Wait and See Data Ekonomi Global, Stimulus Pemerintah Jadi Harapan Pasar
Jakarta, tvOnenews.com — Pasar modal Indonesia memulai pekan dengan langkah hati-hati. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis di tengah sikap wait and see pelaku pasar terhadap sederet data ekonomi global yang akan dirilis pekan ini.
Sinyal ketidakpastian dari Amerika Serikat hingga Eropa mendorong investor domestik untuk bersikap lebih defensif, sembari menantikan kepastian dari kebijakan dalam negeri.
IHSG dibuka naik 17,32 poin atau 0,24 persen ke level 7.231,48 pada pembukaan perdagangan Senin (26/5/2025). Sementara itu, indeks LQ45 turut menguat sebesar 0,26 persen ke posisi 818,65. Pergerakan ini mencerminkan optimisme yang terbatas di tengah tekanan eksternal dan antisipasi stimulus ekonomi domestik.
Global Uncertainty Bayangi Sentimen Pasar
Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, memperkirakan IHSG pekan ini akan bergerak dalam pola konsolidasi pada kisaran 7.200–7.300. “Kondisi pasar global yang cenderung menahan diri karena menanti arah kebijakan bank sentral utama membuat investor Indonesia juga lebih berhati-hati,” ujarnya di Jakarta.
Dari Amerika Serikat, investor tengah menantikan rilis data penting seperti Durable Goods Orders, S&P/Case-Shiller Home Price Index, Consumer Confidence, hingga indikator inflasi pilihan The Fed, Core PCE Price Index. Selain itu, risalah rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) juga menjadi sorotan untuk membaca arah suku bunga The Fed pada pertemuan Juni mendatang.
Di Eropa, Jerman akan mengumumkan data Consumer Confidence, Unemployment Rate, dan Retail Sales. Sementara dari Asia, Jepang dan China akan merilis data produksi industri, pengangguran, dan penjualan ritel. Data dari National Bureau of Statistics of China (NBS) tentang sektor manufaktur juga akan memberikan warna tersendiri bagi pasar regional.
Ketegangan Dagang Baru: Trump vs Eropa
Sentimen negatif turut datang dari AS, di mana bursa Wall Street ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan lalu. Presiden Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif 50 persen terhadap produk Uni Eropa, termasuk teknologi dan otomotif, mulai 1 Juni 2025. Hal ini mengakibatkan indeks Nasdaq turun 1 persen, disusul S&P 500 yang melemah 0,67 persen, dan Dow Jones terkoreksi 0,61 persen ke level 41.603,07.
Langkah Trump dinilai bisa memicu eskalasi perang dagang baru yang berpotensi mengganggu rantai pasok global dan tekanan terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Stimulus Ekonomi 5 Juni Jadi Katalis Domestik
Dari dalam negeri, secercah harapan datang dari rencana pemerintah mengumumkan stimulus ekonomi pada 5 Juni 2025. Stimulus ini ditujukan untuk mendorong aktivitas sektor riil dan meningkatkan konsumsi rumah tangga. Langkah ini diyakini bisa menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG di tengah tekanan eksternal.
“Jika stimulus pemerintah cukup agresif, terutama untuk UMKM dan sektor manufaktur, kita bisa melihat penguatan lanjutan di pasar saham menjelang pertengahan tahun,” kata Ratna.
Bursa Asia Campuran, Pasar Regional Ikut Menahan Diri
Pasar saham Asia pagi ini bergerak campuran. Indeks Nikkei Jepang naik 0,52 persen, Shanghai Composite menguat 0,28 persen, namun Hang Seng turun 0,26 persen dan Strait Times melemah 0,15 persen. Pergerakan ini mencerminkan sentimen pasar yang masih belum stabil akibat dinamika global yang kompleks. (ant/nsp)