- Tim tvOne - Effendy Rois
Sritex Ambruk: Ribuan Buruh Terlantar, Skandal Kredit Bongkar Borok Industri Tekstil
Jakarta, tvOnenews.com – Ambruknya PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), perusahaan tekstil raksasa yang pernah berjaya, kini menyisakan derita panjang bagi ribuan buruh dan membuka tabir dugaan skandal keuangan di balik kejayaannya.
Di tengah proses pailit yang menelan utang lebih dari Rp26 triliun, publik dikejutkan oleh kabar penangkapan Iwan Lukminto—direktur utama sekaligus pewaris dinasti Sritex—oleh Kejaksaan Agung.
Lebih dari sekadar kasus pribadi, peristiwa ini menjadi simbol runtuhnya sebuah imperium bisnis yang pernah disegani. Ribuan karyawan yang sebelumnya menggantungkan hidup pada stabilitas perusahaan, kini kehilangan kepastian. Banyak yang belum menerima gaji, pesangon, dan hak normatif lainnya sejak Sritex resmi dinyatakan pailit pada Maret 2025.
Industri Tekstil Terancam
Dengan gulung tikarnya Sritex—perusahaan yang selama puluhan tahun menyerap tenaga kerja besar dan menjadi mitra utama ekspor tekstil nasional—industri tekstil Indonesia berada di ambang krisis.
Sejumlah pelaku UMKM pemasok bahan baku dan mitra produksi ikut terdampak langsung. Rantai pasok terganggu, ekspor menurun, dan lapangan kerja menyempit.
Dari Kemewahan ke Krisis
Iwan Lukminto, yang sempat masuk dalam daftar orang terkaya Forbes pada 2020 dengan harta mencapai Rp8,1 triliun, kini menjadi sorotan hukum. Diduga ada penyimpangan dalam pengelolaan fasilitas kredit dari sejumlah bank yang dialirkan ke Sritex. Kredit jumbo tersebut tidak mampu dibayar dan menjadi salah satu pemicu kebangkrutan.
Penangkapan Iwan membuka peluang penyelidikan lebih luas terhadap kemungkinan adanya skema korupsi atau pengelolaan utang yang tidak transparan.
Suara Buruh dan Harapan Keadilan
Di tengah gejolak ini, suara-suara dari buruh Sritex terus bergema. Mereka mendesak pemerintah dan aparat hukum untuk memastikan hak mereka dibayar dan keadilan ditegakkan. Banyak dari mereka yang telah bekerja puluhan tahun, namun kini tak jelas nasibnya.
"Kami hanya ingin hak kami, anak-anak kami harus makan," kata salah satu buruh yang ikut aksi protes di Solo. (nsp)