- Antara
Sinyal Reshuffle dari Prabowo: Siap Ngebut atau Siap Diganti!
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Prabowo Subianto mengirim sinyal kuat soal kemungkinan perombakan kabinet dalam waktu dekat.
Dalam wawancara eksklusif yang tayang Senin, 7 April 2025, Prabowo menegaskan pentingnya kecepatan dan ketegasan dalam pemerintahan. Siapa pun menteri yang tak mampu bergerak cepat, kata Prabowo, akan langsung dievaluasi—dan bila perlu, diganti.
“Kalau kamu enggak cepat, ya kita ganti. Sederhana,” tegas Presiden dengan nada datar namun penuh makna.
Menteri Lamban, Jabatan di Ujung Tanduk
Prabowo tak segan menyebut bahwa percepatan eksekusi program menjadi prioritas utama. Ia bahkan menyindir sendiri reputasinya yang kerap disebut sebagai pemimpin "cowboy" karena kerap membuat keputusan cepat dan langsung.
“Saya dibilang cowboy? Iya. Politik saya komando. Karena kita nggak bisa lambat,” ujarnya.
Sikap ini, menurutnya, lahir dari tuntutan zaman. Pemerintah tak lagi bisa terlena dalam birokrasi yang berbelit. Para menteri diminta mengikuti ritme kerja presiden—siap ditelepon tengah malam, siap rapat Sabtu-Minggu, dan siap ambil keputusan tanpa ragu.
Contoh Nyata: Direksi Bulog Disikat di Hari Sabtu
Sebagai bukti konkret, Prabowo membeberkan bagaimana ia mencopot seluruh direksi Bulog hanya karena lamban merespons panen petani.
“Petani sudah panen, tapi Bulog nunggu di gudang. Saya bilang: ini enggak bisa. RUPS hari Sabtu. Saya ganti semua,” ungkapnya.
Tak hanya Bulog, ia juga menyebut Menteri Pertanian sebagai contoh pejabat yang berani bertindak. Dalam enam bulan pertama pemerintahan, sudah belasan pejabat dicopot karena terbukti menyimpang.
Inpres dan Perpres Dikebut, Kabinet Dipacu
Prabowo mengklaim kini keputusan presiden jauh lebih cepat dibanding pemerintahan sebelumnya. Jika dahulu butuh 10 hingga 18 bulan untuk mengeluarkan satu Perpres, kini bisa rampung hanya dalam tiga minggu.
“Ini bukan gaya-gayaan. Ini soal rakyat. Kalau kamu lambat, rakyat yang rugi,” tegasnya.
Peringatan Terbuka: 2025 Bukan Tahun Santai
Wawancara ini seolah menjadi peringatan terbuka kepada para menteri. Jika enam bulan pertama jadi masa adaptasi, maka enam bulan berikutnya akan menjadi ujian performa. Dan reshuffle, meski tidak disebutkan secara eksplisit, mengintai dari balik layar.
“Kalau enggak siap, ya di rumah saja. Daripada merusak dari dalam kantor,” katanya, menyinggung mental birokrasi yang malas bergerak.
Siapa yang Aman, Siapa yang Terancam?
Meski tak menyebut nama, gaya bicara Prabowo memberikan sinyal jelas bahwa hanya menteri-menteri yang bekerja cepat, bersih, dan loyal yang akan bertahan. Sisanya? Siap-siap digeser.
“Saya percaya pada banyak menteri saya. Tapi saya juga tahu mana yang bergerak, mana yang menghambat,” ujar Prabowo.
Gaya kepemimpinan “komando” Prabowo kini masuk babak baru: setelah konsolidasi awal, kini saatnya eksekusi. Bagi para menteri, sinyal reshuffle ini tak bisa diabaikan. Dalam kabinet Prabowo, loyalitas dan kerja keras saja tak cukup—harus cepat, berani, dan efektif.