- Dok. FCX
Setelah Freeport Cetak Emas 56 Ton, Prabowo akan Buka Pemurnian Emas Modern PTFI di Smelter Gresik: Pertama di Dunia!
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Prabowo Subianto hari ini akan Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kabupaten Gresik.
PMR ini merupakan fasilitas pemurnian lumpur anoda yang menggunakan proses hydrometallurgy terbesar di dunia.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana menyebut fasilitas ini menjadi sistem pemurnian emas modern yang terintegrasi dari hulu ke hilir pertama di dunia.
Keberadaan PMR ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah industri pertambangan Indonesia dan memperkuat hilirisasi sumber daya alam dalam negeri.
“PMR ini merupakan fasilitas pemurnian emas modern pertama di dunia yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Hal ini memperlihatkan komitmen pemerintah dalam mempercepat proses hilirisasi di negeri ini,” kata Yusuf Permana, dalam keterangan tertulis, Senin (17/3/2025).
Peresmian PMR Freeport ini menjadi bagian upaya Prabowo dalam menggenjot produksi emas dalam negeri melalui hilirisasi.
Kinerja Operasional PT Freeport Indonesia (PTFI)
- Dok. PTFI/DPR
Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, belum lama ini telah memaparkan kinerja operasional produksi PTFI dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (13/3/2025).
Tony melaporkan, produksi emas PTFI mengalami penurunan bertahap dari 1,967 ribu ons pada 2023 menjadi 1,841 ribu ons atau 56 ton di 2024.
Namun, berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025, produksi emas tahun ini diproyeksikan turun ke 1,665 ribu ons dan 1,452 ribu ons pada 2026.
Untuk diketahui, bijih yang ditambang oleh PTFI per hari pada 2023 mencapai 201 ribu ton. Namun, kinerja tersebut sedikit turun menjadi 196 ribu ton per hari pada 2024. Ia pun memaparkan bahwa proyeksi RKAB 2025 dan 2026 akan ditingkatkan ke 212 ribu ton dan 217 ribu ton.
"Sebagai informasi bahwa dalam satu bijih itu kandungan tembaganya sekitar satu persen dan emasnya kira-kira satu gram per ton (bijih)," kata Tony Wenas.
Namun, bijih yang ditambang dalam setahun mengalami fluktuasi dari 73,4 juta ton pada 2023 menjadi 71,8 juta ton pada 2024. Tetapi jumlah itu diperkirakan meningkat menjadi 77,5 juta ton pada 2025 dan 78,9 juta ton pada 2026.