- Tim tvOne
Riset USU Buktikan Air Galon Tetap Aman, Tanpa Luruhan BPA
Kekhawatiran masyarakat bahwa BPA dapat luruh ke dalam air minum akibat paparan panas matahari juga terbantahkan dalam penelitian ini. Prof Juliati menjelaskan bahwa BPA memiliki titik leleh yang sangat tinggi, yaitu 159 derajat Celsius. Sementara itu, suhu tertinggi yang tercatat di Indonesia hanya mencapai 38,5 derajat Celsius.
“Dengan demikian, tidak ada kemungkinan BPA berpindah dari kemasan ke air minum dalam kondisi penyimpanan normal,"
ujarnya.
Dari segi kesehatan, Dr dr Brama Ihsan Sazli, SpPD-KEMD, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan endokrinologi dari Fakultas Kedokteran USU, menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa BPA dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker, diabetes, atau obesitas.
Dr Brama juga menambahkan bahwa tubuh manusia memiliki mekanisme alami untuk mengurai zat kimia yang masuk ke dalam tubuh.
Jika ada BPA yang terserap, hati akan mendetoksifikasi zat tersebut sebelum akhirnya dikeluarkan melalui urin dan feses.
“Oleh karena itu, klaim bahwa air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat dapat memicu masalah kesehatan seperti gangguan metabolik, kanker, atau diabetes tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat," jelasnya.
Sebagai penutup, Prof. Juliati menekankan pentingnya masyarakat untuk mendapatkan informasi yang akurat dan berbasis penelitian ilmiah dalam menyikapi isu-isu kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kejelasan kepada masyarakat dan meluruskan berbagai misinformasi terkait dampak BPA. Dengan edukasi yang tepat, masyarakat tidak perlu khawatir dalam mengonsumsi air minum kemasan galon yang telah terbukti aman.
Profil Narasumber
Prof Dr Juliati Tarigan, M.Si.
Prof. Juliati Tarigan adalah Guru Besar Kimia Organik di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (USU). Ia telah mengabdi lebih dari satu dekade di bidang kimia dan menerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya atas dedikasinya. Pada 15 Agustus 2022, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap USU dengan pidato berjudul "Oleokimia: Perkembangan dan Prospeknya di Indonesia," yang membahas potensi industri oleokimia berbasis minyak sawit di Indonesia. Dengan lebih dari 700 sitasi, ia telah menerbitkan berbagai penelitian ilmiah, termasuk studi tentang senyawa flavonoid pada daun katuk, sintesis galactomannan maleic ester, dan produksi biodiesel dari ampas kopi.