- NEC Nijmegen
Tak Tahan Lagi, Alex Pastoor Buka-bukaan Soal Timnas Indonesia Usai Purna Tugas: Saya Sudah Terlalu Lama di Dunia Sepak Bola, Negara Peringkat 119 Dunia Tak Realistis Lolos Piala Dunia
tvOnenews.com - Kegagalan Timnas Indonesia melangkah ke Piala Dunia 2026 masih menyisakan berbagai reaksi dari para pihak yang terlibat. Salah satu suara yang mencuri perhatian datang dari mantan asisten pelatih Garuda, Alex Pastoor.
Pelatih asal Belanda itu akhirnya angkat bicara usai kontraknya bersama PSSI berakhir lebih cepat dari rencana. Dalam wawancaranya dengan Voetbal International pada Selasa (21/10/2025), Pastoor mengungkapkan perasaannya selama hampir satu tahun membela panji Merah Putih.
Ia menyebut pengalaman di Indonesia sebagai perjalanan penuh pelajaran dan emosi, terutama karena dukungan luar biasa dari publik tanah air.
“Ada begitu banyak antusiasme di sana tentang sepak bola, dan di awal juga terhadap kehadiran kami, sehingga seolah-olah Anda harus memastikan akan berhasil,” ujarnya.
Pastoor bergabung sebagai bagian dari staf pelatih Patrick Kluivert pada Januari 2025, dengan harapan besar membawa Timnas Indonesia menembus level dunia. Namun, nasib berkata lain. Perjalanan Garuda harus terhenti di babak keempat kualifikasi usai kalah tipis dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1).
Meski kecewa dengan hasil tersebut, Pastoor menegaskan bahwa seluruh jajaran pelatih telah memberikan segalanya di lapangan. “Kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi itu belum cukup untuk mengalahkan negara-negara sekaliber ini,” katanya.
- Instagram @alex.pastoor
Ia juga mengaku tidak terkejut ketika PSSI akhirnya memutus kontrak seluruh staf pelatih asal Belanda. “Saya sudah terlalu lama di dunia sepak bola untuk bisa terkejut oleh hal seperti ini,” ucapnya dengan nada tenang.
Dalam pandangan Pastoor, proyek yang dijalankan sebenarnya tidak hanya berfokus pada target jangka pendek seperti lolos ke Piala Dunia, tetapi juga memiliki fondasi pengembangan sepak bola nasional. Ia menjelaskan bahwa rencana kerja sama dengan PSSI mencakup tiga pilar utama.
“Pertama, tentu akan luar biasa jika bisa lolos ke Piala Dunia, tapi dengan peringkat 119 dunia, itu bukan hal yang mudah dan realistis,” jelasnya.
“Kedua, Gerald Vanenburg dan Frank van Kempen di tim U-23 dan U-20 ditugaskan untuk mempercepat pembinaan pemain lokal agar bisa menembus level internasional. Ketiga, dalam jangka panjang, targetnya adalah menciptakan lebih banyak pemain kompetitif di negara dengan 280 juta penduduk ini.”
Sayangnya, proyek besar itu terhenti begitu cepat setelah hasil buruk di kualifikasi. Pastoor menyebut perubahan suasana di lingkungan tim menjadi salah satu faktor yang mempercepat keputusan PSSI.
- tvOnenews-Julio Tri Saputra
“Kalau suasana sudah berubah menjadi sangat negatif, Anda juga harus bertanya: dalam atmosfer seperti apa Anda akan bekerja?” tuturnya. Ia menambahkan bahwa setelah kekalahan dari Arab Saudi di Jeddah, federasi berdiskusi beberapa hari sebelum akhirnya memutuskan untuk menghentikan semua kerja sama.
Proyek yang semula melibatkan nama-nama besar seperti Jordi Cruijff sebagai penasihat dan Alexander Zwiers sebagai direktur teknik pun ikut berakhir. “Sekarang, semuanya sudah diberhentikan,” ungkapnya.
Meski begitu, Pastoor tidak menyimpan penyesalan. Ia justru menilai waktu yang dihabiskan di Indonesia sebagai salah satu pengalaman paling berkesan dalam kariernya.
“Bagi saya, itu bulan-bulan yang indah,” pungkasnya. Dengan pernyataan ini, Pastoor menutup babnya bersama Timnas Indonesia dengan elegan, meninggalkan catatan bahwa meski mimpi menuju Piala Dunia belum tercapai, semangat dan cinta terhadap sepak bola Indonesia tetap ia bawa pulang ke Belanda. (udn)