- instagram Diego Michiels
Diego Michiels Ungkap Momen Memalukan Dirinya saat Bela Timnas Indonesia, Ada Kaitannya dengan Bahrain: Aku Benar-benar Tak Bisa Lupa, karena...
tvOnenews.com - Diego Michiels, pemain naturalisasi Timnas Indonesia sekaligus kapten Borneo FC, pernah mengalami masa sulit saat membela tim Garuda.
Salah satu momen terburuk yang dialaminya terjadi saat Timnas Indonesia dibantai oleh Bahrain dengan skor telak 0-10 di kualifikasi Piala Dunia 2014, yang hingga kini masih membekas dalam ingatannya.
Diego Michiels memiliki darah Indonesia dari ayahnya, Robbie Michiels, sementara ibunya, Annet Kloppenburg, berasal dari Belanda.
Bakat sepak bolanya terpantau oleh PSSI saat ia bermain untuk klub Belanda, Go Ahead Eagles. Ia kemudian mendapatkan tawaran untuk membela Timnas Indonesia. Pada usia 21 tahun, Diego resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada 3 Agustus 2011.
Setelah naturalisasi, Diego langsung dipanggil ke skuad Timnas Indonesia U-23 yang saat itu diasuh Rahmad Darmawan untuk berlaga di SEA Games 2011.
Diego berhasil membawa Indonesia meraih medali perak di ajang tersebut. Klub pertama yang dibelanya di Indonesia adalah Pelita Jaya FC dari tahun 2011 hingga 2013.
Dalam wawancara di kanal YouTube Vivagoal Indonesia, Diego membagikan pengalamannya pertama kali bergabung dengan Timnas Indonesia.
"Saya ingat pertama kali saya datang di hotel timnas waktu itu, nah saya tunggu di lobi, tim baru datang, keluar dari bus cuma pakai sandal jepit, rompi (latihan), tas begitu," kenangnya.
Diego mengaku kaget karena budaya di Timnas Indonesia berbeda jauh dengan yang ia alami di Belanda, di mana pemain selalu berpakaian rapi sebelum dan setelah latihan.
"Kalau di Belanda, kita kumpul di sana diberi makan, porsi ini itu, abis latihan harus sama-sama makan lagi, protein, fitness, segala macam, taat aturan," tambahnya.
- Kolase tvOnenews.com / VIVAGOAL / Instagram/diegomichiels24
Puncak pengalaman buruk Diego terjadi pada laga kualifikasi Piala Dunia 2014 melawan Bahrain pada 29 Februari 2012.
Indonesia yang saat itu dilatih Aji Santoso harus bertanding dengan kondisi sulit karena konflik dualisme kompetisi yang menyebabkan kesulitan dalam memanggil pemain terbaik.
Diego mengenang betapa anehnya jalannya pertandingan tersebut.
"Saya juga bingung sekali, serius. Saya masuk di lapangan, tiba-tiba, wah parah dalam beberapa menit kiper sudah kartu merah," ujarnya.