- Kolase tvOnenews.com
Meski Jadi Terdakwa, Perbuatan Bharada E Belum Tentu Jahat, Ahli: Perintah Tembak Tidak Masuk Akal
Jakarta, tvOnenews.com – Sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J kembali digelar dengan terdakwa Bharada E atau Richard Eliezer.
Dalam persidangan tersebut telah hadir 3 orang saksi yang dapat meringankan terdakwa Bharada E. Salah satu saksi yang menjadi perhatian publik yaitu seorang Ahli Filsafat Moral, Franz Magnis Suseno
Ketika Franz mengikuti persidangan Bharada E di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), dirinya sempat melontarkan sebuah pernyataan yang menohok.
Ahli Filsafat Moral, Franz Magnis Suseno menjelaskan dalam suatu perilaku normatif dan bersalah belum tentu merupakan sosok yang jahat.
Berikut informasi selengkapnya tentang pernyataan Ahli Filsafat Moral, Frans Magnis Suseno sebagai saksi yang meringankan terdakwa Richard Eliezer.
Perilaku Normatif Belum Tentu Jahat
Ahli filsafat moral, Franz Magnis Suseno yang dihadirkan sebagai saksi ahli pihak Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E memberikan sebuah kesaksian yang cukup menohok.
Pria yang akrab disapa Romo Franz Magnis ini merupakan seorang guru besar filsafat yang fokus di bidang filsafat moral dan etika.
Pernyataan ini keluar ketika penasihat hukum Bharada E bertanya pada Romo Franz Magnis Suseno mengenai kategori penembakan yang dilakukan kliennya apakah termasuk kejahatan etis atau bukan.
“Peristiwa penembakan yang dilakukan Eliezer terhadap almarhum Yosua, apakah menurut saudara ahli penembakan itu dapat dikategorikan sebagai suatu kejahatan etis yang besar, yang tadi sudah saudara ahli jelaskan bahwa dia berdasarkan perintah?” tanya kuasa hukum Bharada E.
Bharada E ketika hadir di persidangan (tvOne/Muhammad Bagas)
Romo Franz Magnis Suseno menyebut bahwa perlu membedakan dulu antara perilaku normatif dan bersalah secara etis. Menurut Franz Magnis Suseno Bharada E dalam kasus Brigadir J belum tentu merupakan sosok yang jahat.
“Jahat itu berarti etis buruk. Nah, orang yang dalam situasi relasi kekuasaan (seperti pangkat Bharada E dan Ferdy Sambo) tadi melakukan sesuatu yang sebetulnya secara objektif menurut etika normatif jelas tidak boleh dilakukan, belum tentu bisa disebut jahat,” ungkap Franz Magnis Suseno.