- Antara
Profil dr. Rubini Natawisastra yang Diberikan Gelar Pahlawan Nasional
Jakarta - Pemerintah memberikan gelar ‘Pahlawan Nasional’ untuk dr. Rubini Natawisastra.
“Akhirnya permohonan keluarga ahli waris dr. Rubini Natawisastra melalui Kowani untuk mengusulkan dr. Rubini Natawisastra sebagai pahlawan nasional disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan diumumkan oleh Menko Polhukam Prof. Dr. Mahfud MD selaku Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan pada tanggal 03 November 2022 lalu,” kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr. Giwo Rubianto Wiyogo mengutip dari Anataranews (09/11/2022).
Untuk mengetahui siapa dr. Rubini Natawisastra, berikut ini adalah profil.
Rubini lahir di Bandung, Jawa Barat 31 Agustus 1906. Ia adalah seorang bangsawan Sunda yang merupakan anak dari pasangan suami istri (pasutri) Ni Raden Lengkamirah dan Raden Natawisastra.
Semasa hidupnya, dr. Rubini telah beribadah dengan bekerja membantu banyak orang dan melayani masyarakat. Ibadah tersebut dilakukannya dengan membuka praktik di rumahnya.
Tidak berhenti sampai di situ, dr. Rubini juga memberikan pelayanannya kepada masyarakat yang kurang mampu dengan menyusuri bataran Sungai Kapuas.
Selama praktik, Rubini tidak pernah melihat perbedaan dalam hal strata sosial, suku, agama, dan jenis kelamin.
Di sisi lain, dr. Rubini juga telah berpartisipasi secara aktif dalam organisasi kemasyarakatan berhaluan politik Partai Indonesia Raya yang memiliki landasan nasionalisme dan melawan penjajahan serta menuntut kemerdekaan Kalimantan Barat menjadi bagian daripada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tindakan mulia itu pun didukung oleh istrinya Nyonya Amalia yang juga aktif dalam Gerakan Palang Merah dan menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Istri Indonesia (KPII).
Organisasi KPII ini pun kemudian berganti nama menjadi ‘Kongres Perempuan Indonesia’ pada Tahun 1935. Tahun 1946, namanya berganti lagi menjadi ‘Kowani’.
Dukungan istri diberikan kepadanya bukan hanya karena dr. Rubini bekerja melayani masyarakat sebagai tenaga kesehatan, namun juga sebagai seseorang yang sedang berjuang melawan penjajahan Jepang untuk kemerdekaan NKRI.
Tahun 1994, dr. Rubini dan istrinya meninggal dunia karena peristiwa pembunuhan kejam terhadap puluhan ribu orang dalam peristiwa pembunuhan massal rakyat, kaum terdidik dan tokoh masyarakat dari berbagai suku dan ras oleh tentara pendudukan Jepang di Kalimantan Barat.
Alasan dibunuhnya dr. Rubini adalah karena dianggap telah melakukan perlawanan terhadap Jepang. Jenazah mereka pun dimakamkan di Makam Juang Mandor, Kalimantan Barat.
“Bagi Kowani, dr. Rubini Natawisastra adalah tokoh pejuang kemerdekaan dan kemanusiaan yang sangat peduli pada kesetaraan gender atau gender equality dan dalam kampanye global dikenal he for she yang dirancangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.” (MG7/ree)