- Dok. Maarten Hidskes
Kapten Westerling Membantai di Sulawesi Selatan Saat Berusia 27 Tahun, Begini Kesaksian Para Mantan Pasukannya
Foto: Kapten Westerling saat perpisahan di Mattoangin, 3 Maret 1947 (Dok. Maarten Hidskes)
Bahasa Belanda Westerling tak begitu baik, tetapi sebaliknya bahasa Prancis dan bahasa Melayunya sangat bagus.
Kabarnya di Societet Makassar Westerling pernah melakukan eksekusi karena seseorang yang sudah dia larang masuk, ternyata akhirnya kelihatan di klub itu.
"Katanya, pangkat kapten yang disandangnya dicabut lagi oleh pemerintah karena dengan satu pangkat lebih rendah dia membuat pemerintah membayar beda 100 gulden dalam tunjangan pensiunnya." ungkap Hidskes
Baca Juga: Cerita-Cerita Pilu Tentang Pembantaian Kapten Westerling di Sulawesi Selatan
Loe de Jong dalam artikelnya tentang sejarah Indonesia menggambarkan Kapten Westerling sebagai penjahat perang. Westerling dilukiskan sebagai bajingan, penyanyi opera, pedagang antik, juru bicara perdamaian, komando, pahlawan revolver, suami, ayah, buaya darat.
Laki-laki ini dianggap mampu melakukan kudeta dan karena itu dipantau oleh Binnenlandse Veiligheidsdienst (BVD, Dinas Keamanan Dalam Negeri).
Membantai di Sulawesi Selatan Saat Berusia 27 Tahun
Pada tahun 1946 Westerling berumur 27 tahun dan memiliki pengaruh yang menakjubkan atas semua orang di sekelilingnya. Di masa kejayaan Sulawesi Selatan pengaruh itu bukan main tingginya.