- istimewa
Minta Doa Restu Perjuangkan Tolak Ranperda KTR di Jakarta, Ramai-ramai Pedagang Warteg Bagikan Ratusan Nasi Bungkus ke Pengendara
Kondisi ekonomi yang kian memburuk telah memaksa ribuan pedagang warteg menutup usahanya.
Situasi diperparah dengan munculnya Ranperda KTR DKI Jakarta yang semakin mencekik £ usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Pembeli makin hari makin sepi, harga sembako nggak stabil, PHK di mana-mana. Warteg merugi terus. Terus, malah mau ada larangan merokok di warteg, padahal banyak pelanggan justru datang sambil merokok. Ini sama saja bikin warteg cepat tutup," tambah Yuni.
Andi, pedagang sayur keliling yang mendapatkan nasi bungkus dari pedagang warteg, turut menyemangati Yuni.
"Memang sekarang ekonomi hancur. Pembeli sepi. Dagangan susah laku. Semoga nggak ada peraturan yang tambah nyakitin pedagang kecil kayak kita," ujar Andi.
Begitu juga dengan Jum, pengemudi ojek online yang turut mendoakan agar perjuangan pedagang warteg menolak Ranperda KTR dapat membuahkan hasil terbaik.
"Semangat! Semoga berhasil, tambah ramai pembeli warteg. Lancar lancar perjuangannya,"tutupnya.
Seperti diketahui, di dalam Raperda KTR yang difinalisasi oleh Bapemperda DPRD DKI Jakarta disebutkan adanya larangan larangan merokok di tempat umum termasuk rumah makan, seperti warteg.
Serta larangan pemajangan, iklan, promosi dan sponsorship produk tembakau di seluruh DKI Jakarta Ranperda KTR DKI Jakarta dianggap hanya tidak tepat sasaran, tapi juga tidak manusiawi, mengingat banyak warteg juga menjual rokok sebagai tambahan pemasukan. (aag)