news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Minta Doa Restu Perjuangan Tolak Ranperda KTR DKI Jakarta, Ramai-ramai Pedagang Warteg Bagikan Ratusan Nasi Bungkus ke Pengendara.
Sumber :
  • istimewa

Minta Doa Restu Perjuangkan Tolak Ranperda KTR di Jakarta, Ramai-ramai Pedagang Warteg Bagikan Ratusan Nasi Bungkus ke Pengendara

Ramai-ramai pedagang warteg bagikan ratusan nasi bungkus ke pengendara di DKI Jakarta, Rabu (3/12). Aksi ini dilakukan untuk meminta doa restu atas perjuangkan
Rabu, 3 Desember 2025 - 19:44 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com - Ramai-ramai pedagang warteg bagikan ratusan nasi bungkus ke pengendara di DKI Jakarta, Rabu (3/12/2025). Aksi ini dilakukan untuk meminta doa restu atas perjuangkan menolak Ranperda KTR DKI Jakarta, terkait mengharuskan steril rokok di rumah makan, pelarangan pemajangan, iklan, promosi dan sponsorship produk tembakau.

Kegiatan ini dilakukan pedagang warteg di lima kecamatan: Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan membagikan ratusan nasi bungkus kepada masyarakat. 

Pembagian nasi bungkus gratis ini sekaligus meminta doa dan dukungan kepada masyarakat agar warteg sebagai usaha rakyat tidak ditindas dengan peraturan yang menyusahkan seperti Ranperda KTR DKI Jakarta.

Seperti disampaikan Yuni, salah satu pedagang warteg di kawasan Jalan Manggarai, yang membagi-bagikan nasi bungkus kepada pengendara bajaj dan ojek online, meminta dukungan kepada sesama masyarakat agar dirinya tidak putus asa mempertahankan keberlangsungan penghidupannya. 

"Mohon doa restunya Bapak-Bapak semua. Semoga kami kuat, terus berjuang menolak peraturan yang memberatkan ini. Bagaimana mungkin warteg sekecil ini disuruh buat tempat merokok terpisah? Sekarang kami setiap hari fokus bertahan. Pembeli sudah berkurang jauh, 50 persen lebih. Jangan lagi kami dibebani dengan Ranperda KTR," beber perempuan yang telah menekuni usaha warteg sejak tahun 1984 ini. 

Yuni yang sebelumnya memiliki dua pekerja harian lepas, sekarang hanya bisa menghidupi seorang pekerja. Hal ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang berat. 

"Sejujurnya, udah gak kuat. Ini cuma bertahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Harapannya, wakil rakyat yang bikin aturan, bisa turun ke lapangan, lihat betapa susahnya kondisi pedagang kecil ini. Tolong jangan disahkan Ranperda KTR yang melarang dan menyulitkan rumah makan seperti warteg," pinta Yuni. 

Aksi solidaritas yang dilakukan pedagang warteg ini mengukuhkan bahwa warteg bukan sekadar tempat makan, tapi simbol perjuangan, kebersamaan, dan keberlanjutan ekonomi rakyat kecil. 

Pedagang warteg bukan hanya memenuhi kebutuhan makan, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi ribuan warga perantauan. Warteg senyata-nyatanya adalah pengembangan ekonomi mikro berbasis komunitas.  

Kondisi ekonomi yang kian memburuk telah memaksa ribuan pedagang warteg menutup usahanya. 

Situasi diperparah dengan munculnya Ranperda KTR DKI Jakarta yang  semakin mencekik £ usaha mikro kecil menengah (UMKM). 

"Pembeli makin hari makin sepi, harga sembako nggak stabil, PHK di mana-mana. Warteg merugi terus. Terus, malah mau ada larangan merokok di warteg, padahal banyak pelanggan justru datang sambil merokok. Ini sama saja bikin warteg cepat tutup," tambah Yuni. 

Andi, pedagang sayur keliling yang mendapatkan nasi bungkus dari pedagang warteg, turut menyemangati Yuni. 

"Memang sekarang ekonomi hancur. Pembeli sepi. Dagangan susah laku. Semoga nggak ada peraturan yang tambah nyakitin pedagang kecil kayak kita," ujar Andi. 

Begitu juga dengan Jum, pengemudi ojek online yang turut mendoakan agar perjuangan pedagang warteg menolak Ranperda KTR dapat membuahkan hasil terbaik. 

"Semangat! Semoga berhasil, tambah ramai pembeli warteg. Lancar lancar perjuangannya,"tutupnya.

Seperti diketahui, di dalam Raperda KTR yang difinalisasi oleh Bapemperda DPRD DKI Jakarta disebutkan adanya larangan larangan merokok di tempat umum termasuk  rumah makan, seperti warteg. 

Serta larangan pemajangan, iklan, promosi dan sponsorship produk tembakau di seluruh DKI Jakarta Ranperda KTR DKI Jakarta dianggap hanya tidak tepat sasaran, tapi juga tidak manusiawi, mengingat banyak warteg juga menjual rokok sebagai tambahan pemasukan. (aag)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

11:47
15:11
07:39
18:33
03:26
01:19

Viral