- tvOnenews.com
Netizen: Mario Dandy Termasuk Generasi Strawberry, Previledge Sang Ayah yang Bergelimang Harta
tvOnenews.com - Mario Dandy dikaitkan dengan istilah strawberry generation atau generasi strawberry karena previledge ayahnya, Rafael Alun Trisambodo pejabat Kepala Bagian Umum di Kanwil DJP Jakarta II.
Sebelumnya pihak kepolisian menetapkan Mario Dandy Satrio (20) sebagai tersangka atas kasus penganiayaan terhadap David (17) hingga menyebabkan korban terbaring koma selama beberapa hari di rumah sakit.
Mario Dandy merupakan seorang anak mantan pejabat Ditjen Pajak Jakarta Selatan, Rafael Alun Trisambodo.
Dandy menganiaya David, anak dari kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Jonathan Latumahina.
Atas kasus penganiayaan ini, Mario Dandy dijerat dengan Pasal 76c juncto Pasal 80 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak subsider Pasal 351 ayat 2 KUHP.
Sebenarnya apa yang dimaksud generasi strawberry ini yang disematkan pada Mario Dandy. Apakah ada kaitan dengan generasi millenials, dan generasi z.
Dilansir dari laman djkn kemenkeu, istilah strawberry generation mulanya muncul dari negara Taiwan.
Istilah ini ditujukan kepada sebagian anak muda generasi baru, yang lunak seperti buah strawberry.
Pemilihan buah strawberry untuk penyebutan generasi baru ini dikarenakan buah strawberry sendiri tampak indah dan eksotis, namin begitu dipijak atau ditekan teksturnya mudah sekali hancur.
Jika ditelusuri secara mundur, istilah generasi strawberry yang muncul di negara Taiwan adalah untuk menggambarkan sekumpulan generasi muda yang lahir setelah tahun 1981 atau post-80.
Dimana kondisi generasi strawberry mengalami kesulitan dalam menghadapi berbagai tekanan sosial seperti orangtua mereka semasa muda.
Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya, strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif, mudah menyerah dan cenderung mudah sakit hati.
Saat ini, definisi generasi strawberry dapat dlihat melalui laman-laman sosial media.
Begitu banyak ide-ide kreatif yang dilahirkan oleh anak muda, berbanding lurus dengan banyaknya cuitan resah menggambarkan suasana hati yang dirasakan oleh mereka sendiri.
Munculnya fenomena flexing crazy rich palsu dan lain sebagainya juga termasuk salah satu gambaran generasi strawberry.
Analisis munculnya fenomena generasi straberry ini dijabarkan Prof. Renald Kasali, setidaknya ada 4 hal yakni:
1. Self Diagnosis Terlalu Dini Tanpa Melibatkan Pihak Ahli
Generasi muda saat ini banyak menyerap informasi yang beredar di sosial media. Mereka terpapar banyak informasi yang kadang belum tentu tepat.
Kemudian mereka mulai mencoba mencocokkan apa yang terjadi kepada dirinya dengan apa yang dikatakan dalam sosial media.
Karena hal itu cocok dengan apa yang dialami, kemudian mereka merasa bahwa mereka sedang tertekan, stress dan bahkan depresi.
Padahal healing itu tidak sesederhana yang diucapkan, healing merujuk merupakan sebuah proses yang diperlukan untuk mengatasi sebuah luka psikologis di masa lalu yang biasa kita sebut sebagai luka batin.
Healing merupakan proses kompleks untuk penyembuhan atau pengobatan. Ada sebuah kejadian di masa lalu yang membekas dan tentu saja ada proses yang harus dilakukan untuk kesembuhannya sehingga kita dapat menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Tetapi karena sekarang ini media sosial memberikan informasi yang sangat kaya maka kita merasa bisa memecahkan masalah kita sendiri.
Ini adalah self diagnosis yang tidak hanya terjadi pada orang muda tetapi sangat mungkin terjadi pada generasi yang lebih tua.
Contoh mudah adalah ketika kita merasakan keluhan pada tubuh kemudian kita tidak mencoba memeriksanya tetapi cuma mencari-cari informasi melalui internet dengan membabi buta, ini malah akan menjadikan kita overthingking dan overdiagnosis.
Jenis overthinking yang dialami oleh kaum muda dengan usia sekitar 25 tahun disebut sebagai quarter life krisis.
Quarter life krisis tidak dialami oleh para generasi tua jaman dahulu karena hidupnya memang pada umumnya sedang berjuang dan susah.
Tetapi anak muda jaman sekarang mudah cemas ketika melihat temannya pada usia 25 tahun sudah menikah, punya anak, punya karir yang terlihat baik sudah punya mobil dan lain-lain.
Kemudian sosial media sekarang ini menjadikan pencapaian-pencapaian itu mudah sekali dipublikasikan dan menjadikan kecemasan berlebih pada sebagian kaum muda lainnya yang belum dapat mencapainya.
Overthingking tersebut membuat anak muda sekali lagi dengan mudah mengatakan bahwa mereka butuh healing karena kepenatan-kepenatan akibat banjirnya informasi pada media sosial, yang tidak dapat mereka saring dengan baik.
2. Cara Orang Tua Mendidik Terkait Kondisi Keluarga Dimana Anak Dibesarkan Dalam Situasi yang Lebih Sejahtera Dibandingkan Generasi Sebelumnya
Saat ini tentu banyak orang yang hidupnya masih dalam kondisi yang sulit. Dibesarkan dalam keluarga yang sejahtera bisa mengakibatkan beberapa hal, seperti memanjakan anak.
Pada keluarga yang sejahtera orangtua mempunyai kecenderungan untuk memberikan apa yang diminta oleh anak-anaknya.
Orang tua juga biasanya memberikan kompensasi waktu yang lebih sedikit dengan uang atau benda-benda material lainnya.
Padahal waktu seharusnya tidak dapat dikompensasi dengan apapun, dan orangtua harus tetap menyempatkan perhatian yang cukup untuk anak-anaknya.
Orang tua juga sudah tidak terbiasa menghukum anak atau konsekuensi atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan anaknya.
Kekeliruan orangtua yang berikutnya adalah setting unrealistic expectation. Orangtua juga sering menyebut anaknya dengan sebutan princess, prince, anak paling hebat dan lain sebagainya.
Padahal dalam kenyataannya nanti dalam kehidupan bermasyarakat, anak-anak ini akan menghadapi situasi yang lebih besar dan lebih sulit daripada lingkungan amannya di rumah.
Diluaran akan ada orang-orang yang lebih hebat dan pandai dari diri mereka. Akibatnya anak-anak ini kemudian akan lebih mudah merasa kecewa dan lebih mudah tersinggung atas perbedaan kondisi di dalam dan di luar rumah.
3. Narasi-narasi orangtua yang kurang berpengetahuan
Pada generasi sebelumnya, relatif tidak ada orangtua yang mengatakan anaknya itu moody atau mood yang cenderung berubah-ubah.
Akhir-akhir ini jumlah orang tua yang mengatakan anaknya moody semakin meningkat.
Akibat istilah moody yang disematkan orang tua kepada anaknya adalah setelah anak-anak itu besar, mereka akan mudah menyebut dirinya sendiri gampang berubah-ubah mood dan percaya pada label tersebut.
4. Generasi sekarang cenderung lebih mudah untuk lari dari kesulitan
Kemenangan seseorang itu adalah jika ia bisa melewati semua kesulitan-kesulitan atau obstacle yang dihadapinya.
Prof. Renald Kasali juga memberikan beberapa solusi alternatif atas fenomena generasi strawberry tersebut di atas, yakni:
1. Anak muda perlu untuk selalu memperbaharui literasi
Di jaman informasi sangat cepat beredar saat ini, kita amat perlu memvalidasi kebenaran dari setiap informasi dengan berbagai cara, misalnya membaca-baca buku yang sesuai.
2. Hati-hati dalam melakukan self diagnosis
Hadapilah sebuah situasi dengan sekuat tenaga karena ujian merupakan hal yang biasa terjadi.
Hati-hati terhadap perangkap sosial media. Hati-hati karena sosial media juga bisa membuat orang menjadi caper dan menceritakan masalah yang dihadapinya, kadang dengan melebih-lebihkan sesuatu.
3. Orang tua harus berperan agar anaknya menjadi generasi yang lebih baik dari dirinya
Jangan terlalu memanjakan anak dengan berlebihan. Berikan konsekuensi jika anak melakukan kesalahan. Mari kita memberi pemahaman akan banyak hal kepada anak-anak, berdampingan dengan teori pengetahuan.
Keberhasilan anak-anak ke depan bukan sekedar dari pengetahuan, tetapi generasi berikutnya perlu menjadi orang yang eksploratif.
4. Peranan pendidik: sebagai pendidik harus dapat mengembangkan situasi yang menyenangkan dalam pelajaran.
Keberhasilan pada kehidupan tidak sekedar berdasar dari nilai yang bisa dicapai di kelas, mereka yang juara di kelas belum tentu akan menjadi juara dalam kehidupan.
(udn)