- tim tvOne
4 DPO Teroris Poso Sulit Tertangkap, Ternyata Punya Kemampuan Ini
Poso, Sulawesi Tengah - Pasca tertembak matinya gembong teroris Mujahiddin Indonesia TImur (MIT), Ali Kalora, polisi kini memburu empat DPO teroris lainnya yang tersisa.
Keempat DPO teroris itu disebut memiliki sejumlah kemampuan khusus yang membuat mereka sulit ditangkap, diantaranya indera penciuman dan pendengaran yang lebih sensitif dari orang biasa.
Hal tersebut disampaikan Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Rudy Sufahriadi dalam program tvOne, Kabar Siang, Senin (20/9).
"Secara kemampuan pasti mereka terlatih, kenapa? karena kita (sudah) kejar-kejar dari tahun 2011 sampai sekarang, artinya dia penciumannya saja sudah lebih bagus daripada orang lain biasa," ungkap Rudy.
"Mana orang baru, mana orang lama, mana yang abis mandi pakai sabun, mana yang pakai minyak wangi bisa tercium (dari jauh) sama dia," lanjutnya.
Selain sensitivitas indera penciuman, para DPO teroris ini juga disebut memiliki keunggulan di indera pendengaran mereka yang jauh di atas rata-rata orang biasa.
"Belum lagi ketika kita berjalan mendekati, bunyi (langkah) sepatu, mana sepatu yang PDL, mana sepatu yang (biasa) dibawa masyarakat, mana orang yang tidak pakai sepatu, mereka bisa denger, jadi luar biasa kemampuannya," tambah Rudy
Selain dibekali kemampuan lebih di indera pendengaran dan penciuman, polisi juga mengantisipasi perlengkapan senjata mereka yang terbilang masih cukup banyak.
"Sedangkan (untuk) persenjataan, empat DPO ini memiliki senjata (laras) panjang, senjata (laras) pendek, dan bomnya cukup banyak," ujar Rudy.
Tim satgas Madago Raya memang diketahui tengah memburu empat DPO teroris Poso yang tersisa pasca kematian pimpinan MIT, Ali Ahmad alias Ali Kalora dan salah satu anggotanya, Jaka Ramadhan alias Ikrima, Sabtu (18/9).
Keempat DPO teroris yang tersisa adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, dan Suhardin alias Hasan Pranata. (mat/put)