- Telkom
Kesenjangan Kampus dan Dunia Kerja, Perlu Jalinan Ilmu dan Industri
Jakarta, tvOnenews.com - Banyak potensi besar untuk memajukan pendidikan dan industri di Indonesia secara bersamaan.
Gunawan Tjokro selaku pelaku industri nasional selalu merenungkan potensi emas ini yang ternyata belum tergali dan tereksekusi secara optimal di Indonesia.
Memiliki lebih dari 3.500 perguruan tinggi, Indonesia ibarat ladang talenta yang subur, namun sayangnya masih terpisah dari dunia industri.
Bagi Gunawan Tjokro berpandangan bahwa sinergi antara industri dan kampus bukan sekadar wacana, bukan retorika, dan bukan sekadar omong-omon, melainkan sebagai sebuah kebutuhan yang mendesak untuk menjawab tantangan bisnis masa kini.
“Kita punya ribuan kampus, tapi banyak lulusan belum siap kerja,” ungkap Gunawan kepada suarakarya.id di Jakarta.
Gunawan yang sebelumnya menjadi profesional selama 10 tahun di dua perusahaan multinasional, mengatakan proses ini yang memakan waktu satu hingga dua tahun sehingga menelan biaya besar.
Gunawan menilai, biaya tersebut bisa ditekan jika industri dan perguruan tinggi bekerja sama lebih erat dengan berkolaborasi dan bersinergi sesuai misi dua entitas ini.
"Melalui kemitraan, kurikulum kampus bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasar, sehingga lulusan tak lagi butuh pelatihan intensif," jelasnya.
Program Kampus Berdampak, yang memungkinkan mahasiswa magang di perusahaan, disebutnya sebagai langkah awal yang menjanjikan.
“Magang itu jembatan bagus, mahasiswa belajar langsung di lapangan. Mereka akan mengenal dan memahami dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga pengalaman selama magang bisa menjadi referensi dan inspirasi mereka ke depan,” terang Gunawan.
Tak hanya soal talenta, Anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini juga melihat peluang besar dalam inovasi.
Dia sering mendengar keluhan bahwa hasil riset kampus sulit dihilirkan menjadi produk yang laku di pasar.
Gunawan mengatakan ekosistem industri seperti PT Dynaplast tetap membutuhkan solusi bisnis berbasis riset untuk tetap kompetitif.
Menurutnya, kolaborasi dengan perguruan tinggi bisa membuka akses ke penelitian berkualitas tanpa perusahaan harus membangun pusat R&D sendiri.
Ini tentu lebih efisien dan tak begitu memakan dana besar perusahaan.
Master of Business Administration (MBA) dari Philippines ini mendorong agar platform digital yang mempertemukan peneliti kampus dan pelaku industri lebih friendly sehingga memudahkan pertukaran ide dan sumber daya.