- Istimewa
Tingginya Keingintahuan Gen Z Membuat Mereka Mudah Terjerumus ke Hal Negatif
tvOnenews.com - Generasi Z atau generasi digital, saat ini merupakan generasi yang sudah terbiasa dengan dunia digital. Mereka cenderung lebih cepat dan mudah memahami perkembangan teknologi digital. Peralatan digital dan akses informasi yang membanjir, menciptakan sejumlah peluang dan tantangan.
Kepala Seksi SMA dan SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah III Solok Raya Noviana Idaningrum menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk segmen pendidikan di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, Selasa (10/9).
Noviana mengatakan, kelebihan generasi digital (Gen Z) dibandingkan generasi lainnya, yakni mudah mengarahkan potensi tersebut untuk mendukung kegiatan pembelajaran, seperti membuat animasi atau tampilan pembelajaran yang lebih menarik.
”Meski begitu, peluang tersebut memiliki tantangannya tersendiri. Karena keingintahuan Gen Z yang sangat tinggi juga mudah terjerumus pada hal-hal negatif, seperti pornografi dan jaringan terlarang,” jelas Noviana Idaningrum dalam diskusi online yang dipandu moderator Firdha itu.
Selain itu, sambung Noviana, karakter Gen Z yang mudah dan cepat belajar itu, memudahkan tenaga didik dan anak didik memperoleh dan memperkaya materi pembelajaran. ”Tantangannya, ialah banyaknya informasi yang tidak valid dan hoaks dapat menimbulkan masalah hukum dan sosial,” imbuhnya.
Dalam diskusi virtual bertajuk ”Tips & Trik Cara Menjaga Keamanan Privasi Secara Digital” itu, Noviana menyebut aspek yang perlu dipersiapkan dalam menyikapi peluang dan tantangan yang ada, yakni meliputi infrastruktur dan kebijakan. Berikutnya, sumber daya manusia dan lembaga pendidikan, biaya, kesiapan peserta didik, dan lingkungan masyarakat.
Di akhir paparannya, Noviana berpesan agar pelajar memanfaatkan media digital dengan cerdas, cermat, dan bijak, serta kreatif dan inovatif. ”Berekspresilah secara positif, gunakan manajemen waktu, dan jangan lupa tetap berinteraksi di dunia nyata,” tutur Noviana di hadapan pelajar yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.
Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Solok Selatan dan sekitarnya, antara lain: SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5, SMAN 6, SMAN 7, SMAN 9, SMAN 10, dan SMAN 11 Solok Selatan, SMAN 1 Pantai Cermin, SMAN 1 Koto Diatas, SMAN 1 Kubung, SMAN 1 Singkarak, SMAN 1 Danau Kembar, SMAN 1 Payung Sekaki, SMAN 1 Bukit Sundi, SMAN 1 Lembah Gumanti, SMAN 1 Pancer, SMAN 1 gunung Talang, dan SMAN 2 Lembang Jaya.
Sesuai tema, dosen Universitas Paramadina Jakarta Septa Dinata berpesan agar pelajar waspada terhadap phising (penipuan). Karena, menurutnya, phising dapat mencuri informasi pribadi, bahkan membahayakan perangkat.
”Selalu waspada terhadap email, pop-up internet, robocall, atau teks yang berisi hal-hal kabar baik dan buruk yang tak terduga, permintaan data pribadi, dan lampiran tak dikenal lainnya,” jelas Septa Dinata.
Sementara, praktisi dan konsultan IT Ardiansyah meminta pelajar untuk memahami hak-hak digital beserta tanggung jawabnya. Meskipun, hak asasi manusia telah menjamin tiap warga negara untuk mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital.
”Ada hak, ada tanggung jawab. Menjaga hak atau reputasi orang lain itu penting. Begitu juga menjaga keamanan nasional, ketertiban masyarakat, atau kesehatan dan moral publik,” jelas Ardiansyah.
Untuk diketahui, nobar diskusi seperti digelar di Solok Selatan, Sumatera Barat, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.(chm)