Kolase Ponpes Al Zaytun.
Sumber :
  • Kolase tvOneNews.com

Sosok Ibu-ibu yang Dulu Ada di Circle Panji Gumilang ini Ngaku Merasa Diperas Al Zaytun, Kebobrokannya Dikuliti

Minggu, 16 Juli 2023 - 22:04 WIB

tvOnenews.com - Pondok Pesantren pimpinan Panji Gumilang yakni Ponpes Al Zaytun saat ini tengah mendapatkan sorotan dari masyarakat Indonesia karena serangkaian kontroversi yang terjadi di dalamnya.

Kontroversi terkait Al Zaytun bermula dari viralnya video saat ibadah salat Idul Fitri 1444 H dimana shaf salat antara wanita dan laki laki yang bercampur.

Mulai dari situ, satu persatu kontroversi terkait cara beribadah yang terjadi di Al Zaytun mulai muncul ke permukaan.

Bahkan saat ini Ponpes Al Zaytun mulai dikaitkan dengan organisasi Negara Islam Indonesia atau NII KW9.

Dalam sebuah wawancara di tayangan Apa Kabar Indonesia Malam yang tayang di tvOne,
seorang mantan anggota NII dan juga wali santri di Ponpes Al Zaytun, Leni Siregar, buka suara terkait aliran dana yang dikumpulkan oleh Ponpes Al Zaytun.

Leni Siregar dengan terang-terangan bagaimana Ponpes Al Zaytun menggalang dana dan juga membongkar pendapatan dari Panji Gumilang yang diketahui memiliki rekening gendut.

Dalam kesempatan tersebut, Leni mengatakan kalau Panji Gumilang menyedot keuntungan dari yayasan tempatnya menjadi sukarelawan untuk menyalurkan infaq pada orang yang membutuhkan.

“Jadi dari whatsapp grup wali santri, dari profilnya hampir semua kok yayasan. Sebagian besar itu, oh ternyata begini pola mencari dana untuk sumber infaq-nya,” ungkap Leni Siregar. 

“Saya pernah jadi sukarelawan di yayasan tersebut, tapi saya hanya mendapatkan fee 20% waktu itu. Untuk setiap donatur itu, saya langsung buat infaq ya. Karena tujuannya memang apa yang sudah saya dapatkan itu akan saya salurkan untuk infaq,” ujarnya.

Leni mengatakan bukan hanya keuntungan pribadi saja yang diserahkan pada yayasan pusat, tapi keuntungan yayasan cabang dimana Leni berada juga diserahkan kepada pusat.

“Jadi kalau yang saya tahu kemudian, ternyata setiap yayasan itu juga ada setoran dari pendapatan yayasannya itu ke atas (pusat) langsung. Jadi, selain dari pribadi sudah diambil untuk infaq, yang pendapatan dari yayasan ditarik juga,” katanya. 

Penarikan keuntungan itulah yang menimbulkan rasa curiga Leni pada yayasan tersebut.

“Disitu saya mulai nggak Sreg, serakah sekali ya. Ini mah namanya perbudakan. Soalnya sampai ditargetkan Rp300 juta per orang dari sebelumnya Rp20 juta. Dalam 3 tahun harus selesai. Jadi (targetnya) ekstrim sekali,” jelasnya.

Modus yang dilakukan dirinya bersama teman-temannya adalah dengan menyebarkan proposal melalui berbagai platform secara online. 

“Caranya, mem-follow up lewat whatsapp, Instagram, atau media sosial. Yang biasa dilakukan diantara teman-teman, follow up lewat whatsapp grup dan menyebarkan proposal,” terang Leni.

Leni mengaku kalau dirinya sempat tertarik dengan metode infaq yang ditawarkan tersebut karena dirinya melihat pembangunan yang dilakukan dari hasil infaq tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Leni merasa resah sebab ia menilai cara yang dilakukan Panji Gumilang sebagai pengelola yayasan tersebut telah memperalatnya dan menjadikan dirinya seperti budak dengan target infaq yang sangat tinggi.

“Awalnya saya tertarik itu karena memang dilaksanakan pembangunan mushola yang hampir rubuh, makanya saya tertarik. Seperti di pelosok-pelosok sana Alhamdulillah dibangun. Jadi termotivasi untuk membantu fasilitas di sana agar lebih baik,” jelasnya.

“Tapi setelah tahu malah dimanfaatkan lebih, ya disitu saya nggak suka. Hati nurani saya berontak. Saya nggak mau kalau saya dan teman-teman dijadikan budak dan diperalat lagi untuk memenuhi target Infaq,” tegasnya kecewa.

Pada saat itu, Leni sendiri tidak berniat untuk melaporkan kejanggalan tersebut pada pihak kepolisian.

"Tidak, karena saya merasa teman-teman yang harus disadarkan secara persuasif, jadi kadang saya sindir-sindir lewat status," ujarnya yang dilansir dari Youtube tvOnenews.

Disinggung soal berdasar pengakuan anggota NII lainnya yang diberikan target untuk mengumpulkan uang sedemikian rupa, terkait hal itu, Leni mengaku seperti dipaksa ataupun diperas.

"Tentunya saya juga jadi merasa, ini malah memeras ini kok Rp20 juta langsung loncat Rp300 juta itu hanya istri, suami juga begitu. Jadi Rp600 juta ini satu keluarga, wah ini gak beres, kembali ke pola lama, bukannya insyaf," ujar Leni Siregar.

"Kok ini seberani ini, saya pikir apa ini aman? terus juga teman-teman jadi merasa terpacu dengan diajak berkeliling melihat pembangunan-pembangunan di sana," ungkapnya.

Leni mengatakan kalau dirinya merasa diperas oleh program yang ada di Ponpes Al Zaytun pimpinan Panji Gumilang ini.

"Ada juga keberatan dari teman, tapi karena mereka merasa harus mengikuti ulil amri, program pembangunan harus berjalan, dan rasa malu juga dengan teman-teman yang lain kalau menolak gitu atau protes, itu budayanya begitu, artinya diam, hanya saya saja mungkin masih tetap waras," ungkap Leni. (kmr/ind/akg)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:50
02:03
03:05
03:21
01:44
01:05
Viral