- Sinto Sofiadin
Pengacara Ini Mengabdi untuk Orang Miskin, Sering Dibayar Buah dan Sayuran
Bondowoso, Jawa Timur - Seorang pengacara bernama Nurul Jamal Habaib warga Desa Kerang, Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso punya cara unik saat mendampingi kliennya di kala menjalani proses hukum di pengadilan.
Dengan berpenampilan memakai peci ala Abunawas dan pakaian necis, pria yang akrab dipanggil Habaib ini mengaku, jika untuk bayaran saat bekerja sebagai seorang kuasa hukum, paling sering dibayar dengan menggunakan sayuran dan buah oleh kliennya.
Hal itu dialami Habaib karena klien yang didampinginya kebanyakan adalah masyarakat miskin.
Saat ditemui di kantornya Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Abunawas di Jalan Imam Bonjol, Kabupaten Bondowoso. Habaib dengan pengalamannya dibayar sayuran saat mendampingi kliennya adalah hal yang biasa yang menjadi kesan tersendiri buatnya.
"Pengalaman saya dibayar dengan sayuran itu sering, kadang dengan seikat petai, sayuran sawi, setandan pisang, bahkan biji kopi," kata Habaib saat dikonfirmasi TVonenews.com, Kamis (28/10/2021).
Tak heran hingga kini Habaib tidak penah membeli sayuran dan buah untuk bahan konsumsi sehari-hari.
Habaib mengatakan kebanyakan klien yang dibantunya untuk persoalan hukum adalah orang miskin.
"Mereka kebanyakan masyarakat miskin. Kemudian minta bantuan saya. Saya ikhlas membantu dan gratis, tapi memang syaratnya harus disertai surat keterangan miskin. Selain itu, ditempat saya mayoritas memang masyarakatnya miskin buruh tani. Jadi hampir 90 persen dipastikan bawa sayur," ungkapnya.
Memang, lanjut Habaib, tidak jarang orang kaya berpura-pura tidak mampu datang meminta bantuan hukum gratis. Namun karena habaib mmepunyai tim survei, akal-akalan si kaya terungkap.
"Akhirnya mereka membayar saat perkaranya selesai," kata Habaib.
Motifnya membatu warga miskin secara gratis karena amanah ibu dan gurunya.
"Saya bantu seikhlasnya. Apalagi amanah dari guru saya waktu mondok dulu, juga doa dari Umi (ibunya, red). Yang harus tulus ikhlas membantu masyarakat miskin," sambung pria yang juga berlatar belakang seorang santri ini.
Dari pengalamannya dibayar dengan sayuran, Habaib bercerita, pernah dalam menyelesaikan sebuah kasus hukum, kala itu harus sampai sebelas kali menjalani persidangan. Sebelas kali pula dia dibayar menggunakan sayuran.