Inilah 4 Petarung UFC Terhebat Sepanjang Masa! Khabib Nurmagomedov Masuk Daftar, Sampai Dijuluki Raja Tanpa Noda
tvOnenews.com - Dalam dunia UFC, gelar GOAT (Greatest of All Time) selalu menjadi pembahasan tiada akhir. Hingga tahun 2025, organisasi MMA terbesar di dunia ini telah melahirkan deretan legenda yang bukan hanya memenangkan banyak pertarungan, tetapi mengubah cara olahraga tarung bebas dipandang.
Sejumlah nama seperti Khabib Nurmagomedov, Georges St-Pierre, Anderson Silva, dan Jon Jones kerap muncul sebagai kandidat kuat dalam perdebatan panjang tersebut.
UFC kini berkembang jauh melampaui olahraga bela diri campuran itu sendiri. Popularitas masif, jutaan penonton pay-per-view, serta serangkaian superstars membuat standar kompetisi terus meningkat.
Namun dari sekian banyak petarung yang menghiasi Octagon, hanya beberapa yang berhasil mengukir jejak abadi dan diakui dunia sebagai yang terbaik sepanjang sejarah UFC.
Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah 4 petarung UFC terhebat sepanjang masa:
1. Khabib Nurmagomedov: 29-0 | Raja Tanpa Noda
- internet
Khabib Nurmagomedov adalah salah satu nama yang paling sering disebut dalam perdebatan GOAT. Rekornya tak bercela: 29-0, menjadikannya salah satu juara tak terkalahkan paling dominan dalam sejarah UFC.
Ia memegang gelar juara kelas ringan sejak April 2018 hingga Maret 2021, sekaligus mencatat masa pemerintahan terlama dalam divisi tersebut.
Foto ikonik Khabib pada 8 Oktober 2018, ketika ia mengangkat sabuk juara setibanya di Makhachkala, menandai puncak dominasi sang juara.
Khabib pensiun setelah menundukkan Justin Gaethje di UFC 254, Minggu (25/10/2020). Dengan gulat mematikan dan kontrol ground yang tak tertandingi, Khabib mampu mematahkan semua penantang, termasuk pertarungan fenomenal melawan Conor McGregor—pertarungan PPV terlaris sepanjang masa.
Khabib hanya melakoni dua laga setelah melawan McGregor sebelum akhirnya mundur demi menghormati keinginan ibunya dan mendiang ayahnya, Abdulmanap Nurmagomedov.
Sejak pensiun, ia menjadi mentor langsung Islam Makhachev, yang kemudian naik level menjadi juara kelas ringan dan akhirnya mengejar kejayaan di kelas welter.
2. Georges St-Pierre: 26-2 | Ahli Strategic Fighting
- Tangkapan layar ESPN
Georges St-Pierre (GSP) adalah perwujudan petarung teknis sempurna. Dengan rekor 26-2, ia menjadi salah satu petarung paling komplit dalam sejarah UFC.
GSP memegang gelar di dua divisi: kelas welter dan kelas menengah. Ia memenangkan gelar welter tiga kali, termasuk dua di antaranya melalui sabuk interim.
Dua kekalahan dalam kariernya—melawan Matt Hughes dan Matt Serra, justru membuka jalan bagi kebangkitan luar biasa. Ia membalas kedua kekalahan tersebut dalam duel ulang yang memperlihatkan evolusi tekniknya.
GSP pensiun pada 2013 sebagai juara bertahan, mencatat rekor pertarungan perebutan gelar terlama kedua dalam sejarah UFC (2.204 hari) serta sembilan kali mempertahankan sabuk.
Pada 2017, ia melakukan comeback monumental di UFC 217, mengalahkan Michael Bisping via submission dan menjadi juara multi-divisi keempat dalam sejarah. Total 13 kemenangan beruntun membuat GSP tetap dipandang sebagai salah satu petarung paling berkelas yang pernah ada.
3. Anderson Silva: 34-11 (1 NC) | Seniman Knockout Terhebat
- Tangkapan layar MMA Fighting
Anderson “The Spider” Silva adalah simbol kreativitas dan keluwesan di Octagon. Ia memegang rekor masa kejayaan gelar terlama sepanjang sejarah UFC: 2.457 hari, dari 2006 hingga 2013.
Pada masa emasnya, Silva mencatat 16 kemenangan beruntun, termasuk melawan Vitor Belfort dan Chael Sonnen.
Sebagai dua kali anggota Hall of Fame UFC, Silva terlibat dalam 13 pertarungan perebutan gelar—sembilan di antaranya berakhir kemenangan.
Meski rekornya terlihat tercoreng oleh kekalahan pada akhir kariernya, mayoritas kekalahan tersebut terjadi ketika usianya sudah menua dan ia tetap bertarung karena kecintaannya pada kompetisi. Dominasi Silva pada masa jayanya sulit ditandingi siapa pun.
4. Jon Jones: 28-1 (1 NC) | Monster Paling Komplit di UFC
- Tangkapan layar UFC
Jon “Bones” Jones kerap dianggap sebagai GOAT sejati oleh banyak penggemar dan bahkan CEO UFC, Dana White. Dengan rekor 28-1 (1 NC), ia dua kali menjadi raja kelas berat ringan sebelum naik ke kelas berat dan memenangkan gelar juara dunia pada 2023.
Jones merupakan juara termuda dalam sejarah UFC, meraih sabuk pada usia 23 tahun usai mengalahkan Maurício “Shogun” Rua.
Ia memegang berbagai rekor kelas berat ringan: kemenangan terbanyak, pertahanan gelar terbanyak, dan rentetan kemenangan terpanjang.
Satu-satunya kekalahan resmi Jones datang dari diskualifikasi kontroversial pada 2010. Pada UFC 309, ia mengalahkan Stipe Miocic dengan mudah, menegaskan statusnya sebagai legenda sejati. Jones resmi pensiun pada Juni 2025 setelah dua tahun berada di puncak kelas berat.
Siapa GOAT UFC Sebenarnya?
Nama Khabib juga dikenal luas di Indonesia. Ia memiliki sabuk hitam judo dan grappling kelas dunia yang membuat lawan-lawannya selalu waspada.
Pertarungannya melawan Conor McGregor menjadi salah satu momen paling bersejarah ketika ia berhasil mematahkan perlawanan bintang Irlandia tersebut. Status tidak pernah kalah membuat nama Khabib semakin abadi dalam sejarah UFC.
Perdebatan tidak akan pernah berhenti. Khabib punya rekor tak ternoda, GSP adalah petarung paling lengkap, Silva sang seniman knockout, dan Jon Jones adalah monster multi-generasi. Namun satu hal pasti, keempatnya adalah pilar sejarah UFC dan akan terus dikenang hingga kapan pun.
Penting dicatat bahwa UFC sendiri, dan pimpinan seperti Dana White tidak memiliki daftar resmi yang secara mutlak menentukan “GOAT UFC” atau “Top 5 UFC of All Time.”
Itu berarti setiap daftar besar legenda UFC bersifat subjektif, tergantung siapa yang menilai, kriteria apa yang digunakan (rekor, sabuk, dominasi, durasi, popularitas), dan konteks zaman.
Berdasarkan tren perdebatan, analisa penggemar, dan data statistik, ya masih ada banyak petarung lain di luar empat nama “klasik” yang layak diperhitungkan sebagai bagian dari “panteon legenda UFC.”
Nama seperti Daniel Cormier, Demetrious Johnson, dan Israel Adesanya memberi warna berbeda, dari kehebatan di divisi kecil, kejuaraan di kelas berat, hingga era klasik vs modern. (udn)
Load more