Bulan Dzulhijjah Saatnya Berkurban, Hari Raya Idul Adha Berawal dari Perintah Allah SWT Kepada Nabi Ibrahim Untuk Menyembelih Nabi Ismail
- pixabay
“Nabi Ismail berumur tujuh tahun, ada juga yang mengatakan berumur 13 tahun, sebagaimana dijelaskan Syekh Wahbah Zuhaili dalam Kitab Tafsir A-Munir.”
ilNabi Ibrahim bersedih memikirkan harus menyembelih anak yang telah ia nanti selama puluhan tahun itu. Namun sebagai seorang Nabi, ia harus menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah.
Tapi seperti diketahui, mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah SWT. Maka perintah yang diterimanya dalam mimpi Nabi Ibrahim haruslah ia laksanakan.
Dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU), Nabi Ibrahim saat itu sangat bingung dalam menyikapi mimpinya. Ia tidak lantas membenarkan, namun tidak pula mengingkari.
Nabi Ibrahim kemudian merenunginya beberapa kali dan memohon kepada Allah untuk memberi petunjuk yang benar kepada-Nya. Setelah malam yang sangat membingungkan itu selesai, ternyata malam kedua juga datang kepadanya mimpi yang sama, begitupun dengan malam ketiga. Setelah mimpinya yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan, bahwa mimpi itu benar-benar nyata dan harus dilaksanakan.
Kemudian, Nabi Ibrahim menyampaikan mimpi itu kepada Nabi Ismail. Karena Nabi Ismail adalah anak yang soleh dan taat kepada Allah serta bakti kepada orang tuanya, maka Nabi Ismail ikhlas untuk disembelih oleh ayahnya. Kisah ini tercantum dalam surat As Saffat ayat 102:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama Ibrahim, Ibrahim berkata: “ Hai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, dengan izin Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” (QS As Saffat: 102).
Sementara menurut Syekh Muhammad Sayyid Ath-Thanthawi, Tafsir Al-Wasith, dikatakan Nabi Ismail berpesan beberapa hal kepada ayahnya, sebelum ia disembelih.
“Wahai ayahku! Kencangkanlah ikatanku agar aku tidak lagi bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, dan (jika nanti) ibu melihat bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatlah gerakan pisau itu dari leherku, agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Apabila engkau telah kembali maka sampaikanlah salam (kasih)ku kepadanya.”
Load more