Makna Perceraian dalam Islam: Jangan Ikut Emosi, Pahami Batasannya
- Pexels/ANTONI SHKRABA production
“Kalau perempuan mau kembali ke mantan suaminya, maka perempuan harus menikah dengan laki-laki lain, pernikahan normal yang bukan direkayasa, kemudian dia terjadi perceraian dengan suami kedua, maka pada saat itu dia boleh kembali ke mantan suami yang pertama. Dan ini tidak boleh dipermainkan,” paparnya.
Ustaz Khalid Basalamah mengatakan bahwa Rasulullah SAW sangat melarang praktik manipulasi pernikahan semacam itu.
“Rasulullah SAW mengatakan, Allah SWT melaknat siapapun laki-laki yang sudah menceraikan istrinya, kemudian dia datang ke temannya untuk meminta menikahi mantan istrinya itu, dan kemudian diceraikan, supaya halal lagi, direkayasa. Temannya yang membantu itu juga kena laknat. Tidak boleh direkayasa,” tegasnya.
Di akhir penjelasannya, Ustaz Khalid Basalamah juga memberikan nasihat penting bagi para suami agar tidak terbawa emosi ketika menghadapi istri.
- Pexels/Timur Weber
“Untuk laki-laki, para suami, jangan pernah mau terbawa arus emosionalnya istri,” pesannya.
“Sudah menjadi kebiasaan wanita biasanya sering mempermainkan ‘ceraikan saya’, ‘kembalikan saya’. Karena itulah Allah tidak menjadikan cerai di tangan perempuan karena emosional,” ujar Ustaz Khalid Basalamah.
Ia pun menegaskan bahwa laki-laki tidak boleh sembarangan mengucapkan kata cerai.
Hanya ketika seorang istri benar-benar telah melampaui batas atau melakukan pelanggaran agama, maka talak bisa menjadi pilihan terakhir.
“Laki-laki jangan sembarangan mengucapkan kalimat cerai. Kecuali jika istri sudah melampaui batas, apalagi terjadi pelanggaran agama, maka itu sudah berbeda,” pungkasnya.
- Pexels/ANTONI SHKRABA production
Melalui penjelasan ini, Ustaz Khalid Basalamah mengingatkan bahwa pernikahan dalam Islam adalah ikatan suci yang seharusnya dijaga dengan kesabaran dan ketenangan, bukan emosi dan keinginan sesaat.
Perceraian memang dibolehkan, tetapi hanya sebagai jalan terakhir ketika semua upaya untuk memperbaiki hubungan telah benar-benar buntu. (gwn)
Load more