Ternyata ini Cara Tentukan Waktu Terbaik Shalat Jamak saat Kondisi Sempit, Penjelasan Ustaz Adi Hidayat
- Tangkapan layar YouTube Adi Hidayat Official
tvOnenews.com - Kebanyakan umat Muslim masih merasa bingung cara menentukan waktu terbaik mengerjakan shalat Jamak.
Shalat Jamak menjadi salah satu solusi jika tidak bisa ibadah wajibnya tepat waktu, seperti berada dalam kondisi tak memungkinkan karena di tengah perjalanan jauh.
Akan tetapi, dalam segi waktu pelaksanaan shalat Jamak, orang mukmin tidak bisa mengatur cara terbaiknya, sehingga menganggap jamaknya hanya sia-sia.
Ustaz Adi Hidayat selaku Direktur Quantum Akhyar Institute berbagi tips atau cara terbaik menentukan waktu shalat Jamak jika di tengah kondisi sempit.
Seperti apa solusi Ustaz Adi Hidayat memberikan cara menghitung waktu shalat Jamak? Yuk simak penjelasannya di bawah ini!
Waktu Terbaik Shalat Jamak
- Freepik
Dilansir tvOnenews.com dari kanal YouTube Adi Hidayat Official, Minggu (13/4/2025), Ustaz Adi Hidayat mengulas seputar shalat Jamak dari segi penyebab dan waktunya.
Ulasan tentang shalat Jamak karena perjalanan jauh bermula saat Ustaz Adi Hidayat ditanya oleh seorang jemaahnya.
Jemaah itu menanyakan kepada Ustaz Adi Hidayat mengenai ketentuan jarak dan cara menghitung waktu pelaksanaan shalat Jamak.
Sebagai pendakwah karismatik, Ustaz Adi Hidayat dengan lugas menjawab pertanyaan tersebut bahwa, definisi shalat Jamak yaitu menggabungkan dua ibadah dalam satu waktu.
UAH sapaan akrabnya menjelaskan soal pelaksanaan shalat Jamak takdim dilakukan saat waktu shalat Fardhu yang pertama.
"Maka ada menggabungkan Dzuhur dengan Ashar, jika saya gabungkan Ashar ke Dzuhur dikerjakan di waktu Dzuhur maka diawalkan," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini menuturkan memastikan shalat Fardhu di waktu kedua, maka dilaksanakan pada waktu pertamanya.
"Dalam Bahasa Arab awal itu takdim atau didahulukan, maka jamak takdim," kata dia.
Terkait shalat Jamak takhir, kata Ustaz Adi Hidayat, niat shalat Fardhu yang pertama dilaksanakan pada waktu kedua. Maksudnya, Dzuhur berlangsung saat waktu Ashar.
"Jika saya ingin kerjakan Dzuhurnya di Ashar karena pertimbangan tertentu, maka diakhirkan jamaknya disebut takhir," terangnya.
Akan tetapi, jika ingin mengerjakan shalat Fardhu yang tak memiliki jarak waktunya saling berdekatan, maka tidak dapat diartikan shalat Jamak.
"Yang dijamak itu waktunya yang paling berdekatan, jika sudah mendekat kepada yang satu tidak bisa dijamak dengan yang lain," tegasnya.
Pendakwah kelahiran asal Pandeglang itu mencontohkan kalau shalat Ashar dan Dzuhur boleh dijamak, karena jarak waktunya tidak disekat dengan shalat Fardhu' lainnya.
Sementara, Ustaz Adi Hidayat mengingatkan bahwa, umat Muslim tidak bisa menjamak shalat Ashar di waktu Maghrib.
"Contoh Dzuhur dekatnya ke Ashar maka Dzuhur pasangan jamaknya Ashar, karena Ashar sudah dengan Dzuhur maka Ashar tidak boleh dengan Maghrib," bebernya.
Lantas, apakah bisa menjamak shalat Maghrib? Ustaz Adi Hidayat berpendapat kalau ibadah yang satu ini boleh dijamak sesudah memasuki waktu Isya.
Ustaz Adi Hidayat menambahkan, kebolehan menjamak shalat maghrib di waktu Isya karena keduanya memiliki jarak waktu yang berdekatan.
"Maka Maghrib dekatnya ke mana? Isya, maka Maghrib boleh dijamak dengan Isya baik takdim atau pun takhir," paparnya.
Lebih lanjut, Ustaz Adi Hidayat menyinggung soal menjamak shalat Fardhu di waktu Subuh memiliki penjelasan sendiri.
"Subuh bagaimana? Subuh itu menyendiri karena itu jauh ke Isya, jauh ke Dzuhur," pesannya.
"Jadi, enggak bisa dijamak. Saya pengin jamak Subuh dah sekalian tahajud gitu kan, enggak bisa," tutupnya.
(hap)
Load more