Dengan ukuran harga segitu, KH Izzuddin merasa bimbang, satu sisi ingin berangkat haji, tetapi juga mau memiliki lahan sawah. Namun, jika ia beribadah ke Tanah Suci, hanya untuk diri sendiri tanpa ditemani istrinya.
"Akhirnya saya pilih haji, tidak beli sawah. Sampai sekarang tidak punya sawah-sawah," tuturnya.
Selepas itu, Kiai Izzuddin tidak menyangka rezeki hidupnya selalu berkecukupan. Ia dengan mudah agar membuat anaknya selalu sekolah, bahkan buah hatinya bisa berangkat secara aman ke pesantren.
"Mungkin barokah dari guru-guru saya. Jadi, orang yang dengan guru, dengan ulama dekat, insya Allah berkah. Yang membawa berkah itu ulama," ucapnya.
Ia sangat bersyukur ijazah amalan dari Mbah Moen mampu mewarnai hidupnya, tanpa diselimuti kesusahan. Sejak dari itu, ia mempercayai keilmuan dari para ulama harus diingat baik-baik.
"Allah memberi keyakinan kepada kita bahwa barokah itu bersama orang-orang besar (akaabir). Akabir itu yang dimaksud ulama," katanya.
"Makanya seringlah bertemu dan menghormati kepada ulama. Ibaratnya jika menginginkan mendapat barokah. Saya ke tempat guru saya kan setahun minimal 3 kali, di Sarang, Rembang, Jawa Tengah," tandasnya.
(hap)
Load more