Sedekah pada malam Lailatul Qadar memiliki nilai yang berlipat ganda.
Itikaf
Menghabiskan malam di masjid untuk beribadah dan berzikir adalah salah satu sunnah Rasulullah ﷺ.
Dalam kitabnya yang berjudul Janā Al-Jannatain Fī Syarafi Al-Lailatain, Syaikh Abī Abdillah Muhammad bin Ahmad ibn Marzūq at-Tilmasāni memaparkan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai penentuan jatuhnya malam Lailatul Qadar.
Perbedaan pendapat para ulama mengenai apakah Lailatul Qadar dikhususkan pada zaman Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alaihy wa Sallam saja ataukah tidak? Menurut jumhūr (kebanyakan ulama) ia tidak dikhususkan di zaman Nabi saja, seperti halnya ia jatuh berbeda pada setiap tahunnya.
Pendapat Pertama
Malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 Ramadhan ini merupakan pendapat Ali, Aisyah istri Nabi, Muāwiyah bin Abī Sufyān, Abdullah bin Umar bin Al-Khaṭṭab dan beberapa kelompok dari kalangan Tabi’in.
Mereka bersandar pada hadits yang diriwayatkan Imam Muslim berikut ini.
حدثنا محمد بن المثنى: حدثنا محمد بن جعفر: حدثنا شعبة قال: سمعت عبدة بن أبي لبابة يحدث عن زر بن حبيش عن أبي بن كعب رضي الله عنه قال: قال أبي في ليلة القدر: والله إني لأعلمها: قال شعبة: وأكبر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها, هي ليلة سبع وعشرين (صحيح مسلم-كتاب الصيام-ص: ٤٨٨)
“Ubay berkata mengenai jatuhnya malam Lailatul Qadar, demi Allah aku tidak mengetahuinya. Syu’bah berkata: “Sepenuh pengetahuanku bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 yang mana Rasulullah memerintahkan kita untuk menghidupkan malam tersebut.”
Pendapat Ke-2
Malam Lailatul Qadar jatuh pada setiap malam satu tahun penuh dan berpindah-pindah, hal tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ūd dan condong kepada pendapat Imam Abū Hanīfah.
Load more