Fahmi mengatakan, Teungku Di Anjong datang ke Aceh bersama dua sahabatnya, yakni Habib Abdul Rahman bin Mustafa Alaydrus dan Habib Syekh Al-Jufri, yang juga mendapat isyarah untuk mensyiarkan agama Islam ke berbagai negara.
Namun, hanya Habib Abubakar yang akhirnya menetap di Aceh, sedangkan Habib Mustafa bin Abdul Rahman Alaydrus menuju Mesir dan Habib Syekh Al-Jufri ke Malabar, India, untuk berdakwah.
“Ada pula yang menyebut jumlah mereka empat orang, namun satu di antaranya pulang ke Hadramaut. Jadi, yang makrufnya ada tiga sahabat yang mengamalkan kitab Bidayatul Hidayah karangan Imam Al-Ghazali secara istiqamah, yang mereka pelajari di makam Rasulullah hingga memperoleh bimbingan langsung melalui mimpi, itu makruf cerita yang diceritakan ulama-ulama Hadramaut,” katanya.
Setelah memilih menetap di Aceh, Habib Abubakar bermukim di Peulanggahan, yang dulunya menjadi tempat persinggahan para pedagang yang melintasi Selat Malaka. Ia membangun rumah di Peulanggahan dan menjadikannya sebagai dayah atau pesantren.
Pada masa itu, dayah Teungku Di Anjong berkembang pesat, menarik murid-murid dari berbagai wilayah Nusantara hingga Semenanjung Malaya. Seiring waktu, dayah ini kemudian dijadikan masjid yang masih digunakan hingga kini sebagai tempat ibadah dan belajar agama.
“Pada tahun 80-an, dayah ini kemudian berubah menjadi bangunan masjid,” katanya.
Pusat manasik haji dan basis pertahanan militer
Load more