Meski Jadi Lebih Mudah, Tapi Bolehkah Belajar Agama Islam dari Internet? Kata Ustaz Adi Hidayat Jawab Tegas Hukumnya…
- Kolase tvOnenews.com
tvOnenews.com - Bulan Ramadhan menjadi kesempatan emas bagi umat muslim untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ibadah serta taqwanya.
Sebab, bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa. Segala ibadah yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT maka akan mendapat pahala yang berlipat ganda.
Selain itu, banyak umat muslim yang mau belajar dan memperdalam ilmu agama Islam. Salah satunya dengan belajar melalui internet.
Tak dapat dipungkiri lagi, kemajuan teknologi memudahkan umat Islam belajar dari internet, seperti melalui pencarian Google maupun YouTube.
Kini belajar agama Islam menjadi lebih praktis dan menarik dengan adanya internet, sehingga memudahkan umat muslim untuk mencari tema sesuai keinginan.
Dengan memanfaatkan teknologi smartphone dalam genggaman, banyak orang merasa mendapatkan bimbingan belajar agama Islam dengan lebih efisien.
Namun, efek negatifnya dapat membuat orang malas untuk pergi ke pengajian secara offline karena semua bisa diakses melalui internet.
Lantas, apakah hukumnya bila belajar ilmu agama Islam melalui internet?
Dalam satu kajiannya, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan mengenai hukum belajar dan memperdalam agama Islam melalui internet.
- Tangkapan Layar YouTube Adi Hidayat Official
Hukum Belajar Agama Islam Melalui Internet
Dilansir tvOnenews.com dari tayangan YouTube Adi Hidayat Official, pada dasarnya belajar agama dan mengaji dari Al-Quran tak hanya sekedar mendapat pengetahuan.
Belajar agama dan mengaji Al-Quran bermaksud agar memastikan ilmu yang didapat langsung dari sumbernya.
"Kadang-kadang maaf ya, ada orang ingin mendapatkan pengetahuan tapi ingin mudahnya saja, kemudian tidak dicek lagi tuh sumbernya," ungkap Ustaz Adi Hidayat dalam tayangan di YouTube Adi Hidayat Official.
"Paling gampang orang sekarang, ingin lihat sesuatu, tanya Ustaz google," lanjutnya.
Bukan hanya itu, sebagian orang mudah dalam menyimpulkan apa yang ada di Google dan YouTube sebagai acuan dalam agama.
"Ada hadist nomor sekian-sekian, nomor sekian menyatakan tentang ini. Tapi gak pernah dicek lagi kitab aslinya," ujarnya.
"Ustaz kenapa hadist yang saya baca beda dengan yang disampaikan. Bapak baca dimana? Di google," sambung UAH.
Load more