tvOnenews.com - Haul ke-20 Abah Guru Sekumpul memecahkan rekor baru karena pada tahun 2025 ini jumlah yang hadir mencapai 4,1 juta orang.
"Jutaan jiwa dari berbagai daerah yang datang ke kegiatan Haul Sekumpul ini berdampak positif terhadap tingkat kunjungan wisata di Kalsel," ungkap Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Selatan (Dispar Kalsel) Muhammad Syarifuddin, dikutip dari ANTARA pada Selasa (7/1/2024).
Kunjungan wisata itu, kata Syarifuddin tentu sangat berpengaruh dalam peningkatan ekonomi di Martapura.
Siapa Abah Guru Sekumpul yang Haul-nya Jadi Magnet Bagi 4,1 Juta Manusia? (Sumber: ANTARA)
"Pada 2024 total kunjungan wisata di Kalsel mencapai 11,9 juta jiwa. Catatan ini terus bertambah seiring dengan pelaksanaan kegiatan keagamaan, provinsi ini memiliki dua sektor wisata unggulan yaitu wisata religi dan wisata alam," jelasnya.
Kementerian Pariwisata mengakui salah satu di antara wisata religi Indonesia terbesar terletak pada Haul Abah Guru Sekumpul.
Sebab, para pengunjung atau jemaah yang menghadiri Haul Abah Guru Sekumpul juga berasal dari mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain-lain.
Meski sudah meninggal dunia, namun Abah Guru Sekumpul tetap memberikan hal baik kepada semua terutama kepada lingkungannya.
Lalu siapakah Abah Guru Sekumpul yang meski sudah wafat 20 tahun silam namun masih memiliki manfaat luar biasa dan menjadi magnet bagi 4,1 juta manusia?
Siapa Abah Guru Sekumpul yang Haul-nya Jadi Magnet Bagi 4,1 Juta Manusia? (Sumber: Istimewa)
Abah Guru Sekumpul bernama asli KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari.
Abah Guru Sekumpul lahir pada 11 Februari 1942 di desa Tunggul Irang Seberang, Martapura.
Abah Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.
Beliau merupakan putra dari pasangan Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dan Hj. Masliah binti H. Mulya bin Muhyiddin.
Sejak kecil, Guru Sekumpul mengikuti pendidikan formal di Madrasah Darussalam, Martapura.
Selain itu, beliau juga berlatih dengan guru-guru akbar spesialis keilmuan, salah satunya adalah al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif.
Tak hanya itu, Guru Sekumpul juga dididik oleh Guru Seman, yang tak lain adalah pamannya.
Guru Sekumpul pertama kali membuka pengajian di kediamannya di Keraton Martapura.
Pengajian tersebut diadakan untuk menunjang pelajaran para santri, yang diisi dengan pengulangan kitab-kitab.
Namun tak lama kemudian, pengajian Guru Sekumpul ini yang tadinya hanya untuk santri menjadi berkembang di kalangan masyarakat umum.
Selain mengulang kitab-kitab, dalam pengajian itu, Abah Guru Sekumpul mulai mensyiarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karangan al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Selain itu, beliau juga mengajarkan beberapa amalan wirid. Salah satu wirid yang diajarkannya adalah zikir Tarekat Sammaniyah.
Kemudian, pada sekitar 1990, Abah Guru Sekumpul pindah ke komplek Ar-Raudhah, Kelurahan Jawa, Kecamatan Martapura, Kalimantan Selatan.
Di komplek ini lah pengajian Abah Guru Sekumpul semakin berkembang.
Khususnya di Musala Ar-Raudhah, tempat yang hari ini menjadi lautan manusia.
Murid-murid dan tamu-tamu dari Abah Guru Sekumpul tak hanya dari Martapura dan sekitarnya.
Namun banyak yang datang dari berbagai daerah, bahkan dari Negeri tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
Abah Guru Sekumpul tercatat memiliki sejumlah kelebihan dan karomah.
Abah Guru Sekumpul disebut sudah menghafal Al-Qur’an sejak berusia 7 tahun dan tafsir al-Jalalain ketika berusia 9 tahun.
Abah Guru Sekumpul wafat saat usianya 63 tahun akibat penyakit komplikasi dari gagal ginjal yang dideritanya.
Sebelum wafat, Guru Sekumpul sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Namun, beliau akhirnya meninggal di rumahnya yang juga sekaligus kompleks pengajian, Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan pada Rabu (10/8/2005). *put
Load more