Kisah Cinta Tragis Tokoh Nasionalis Sutan Sjahrir-Maria Johanna Duchâteau, Hubungan Asmara yang Menerabas Tradisi dan Antar-Budaya
- ANTARA
Ketika Perang Dunia II meletus, Belanda diduduki pasukan Nazi Jerman sehingga seluruh korespondensi terputus. Mulai dari 1931--1940, Maria menerima 287 surat dengan panjang antara 4--7 halaman dari Sjahrir.
Maria sempat berpikir untuk membakarnya, namun mengurungkan niatnya. Ia dengan dibantu suaminya yang juga adik Sjahrir, Sutan Sjahsyam, justru memutuskan membukukan fragmen-fragmen surat itu dengan judul Indonesische Overpeinzingen, diterbitkan di Amsterdam pada 1945 di bawah nama samaran Sjahrazad.
Jika ditilik kembali surat cinta Sjahrir kepada Maria, banyak yang mencerminkan komitmen pada nilai-nilai humanisme, di mana ia memandang semua manusia setara, terlepas dari asal-usul mereka.
Surat-surat kepada Maria itu tidak hanya menunjukkan cinta pribadi, tetapi juga dedikasi pada perjuangan kolektif untuk kemerdekaan.
Kisah Sjahrir dan Maria ini ibarat pelajaran tentang cinta yang berakar pada perjuangan, tetapi tidak selalu dapat bertahan melawan tekanan realitas.
Cinta mereka menjadi simbol dari hubungan lintas budaya yang kompleks, yang memperkaya, namun penuh tantangan.
Surat-surat Sjahrir juga memberikan gambaran mendalam tentang sisi manusiawi seorang tokoh besar, yang meskipun berjuang untuk bangsanya, tetap seorang manusia yang mencintai dan merindu.
Mengingatkan bahwa Sjahrir, The Smiling Diplomat dan The Gentle Revolutionary, juga seorang manusia.(ant.bwo)
Load more