Bakal Bela Timnas Indonesia Lawan Jepang, Wak Haji Ragnar Oratmangoen Akui sampai Terkesima Suara Adzan di Jakarta
- PSSI
tvOnenews.com - Pemain diaspora Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen yang akan main lawan Jepang pernah berbicara tentang suara adzan.
Wak haji sapaan akrab Ragnar Oratmangoen mengakui telah memenuhi kebutuhan spiritualnya. Kenyamanannya sejak membela Timnas Indonesia selalu dengar suara adzan di Jakarta.
Ketaatannya untuk agama Islam, Ragnar Oratmangoen telah memikat penggemar Timnas Indonesia. Bahkan sampai mendapat julukan "Wak Haji".
Ragnar Oratmangoen memang kerap kali membagikan kisah spiritualnya. Ia tidak malu mengutarakan sebagai seorang mualaf diaspora di Timnas Indonesia.
Padahal, Ragnar Oratmangoen berstatus sebagai pemain keturunan. Namun, ia merasa bangga terhadap agama Islam sampai dipamerkan sejak membela Timnas Indonesia.
"Ini sangat spesial, saya dengar banyak pemain di tim yang muslim dan ini jadi pengalaman yang baru," ungkap Ragnar Oratmangoen di Jakarta dikutip, Kamis (31/10/2024).
Ragnar Oratmangoen telah menjadi pemain diaspora. Proses naturalisasi berjalan dengan baik saat itu digelar di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum dan HAM) DKI Jakarta, Senin (18/3/2024).
Wak Haji telah membuktikan permainan apiknya di Timnas Indonesia. Gol debutnya berangsur saat Garuda menyukur habis-habisan Timnas Vietnam dengan skor 3-0.
Kemudian, Ragnar lagi-lagi mencetak gol saat Garuda bertandang ke Arab Saudi. Ia menyabet satu gol atas Green Falcons. Meski hasil akhir belum memihak timnya karena mampu menahan imbang.
Setelah itu, ia kembali melesatkan bola ke gawang Bahrain. Golnya berkat assist bersih dari Mees Hilgers.
Juru gedor Garuda itu pernah mengatakan kesuksesannya tidak lepas dari proses latihan. Momen ini menjadi hal paling indah baginya.
- Antara
Suara adzan selalu menggema di seluruh wilayah Jakarta. Momen itu menjadi kesan-kesan pertama kali saat Ragnar datang ke Indonesia.
Ia membeberkan keindahan lantunan suara itu jarang didengar di negara asalnya, Belanda. Namun, hal ini berbeda dengan Indonesia.
Ia tidak lagi merasa pusing menentukan waktu untuk memulai ibadah. Terutama, saat ia berada di wilayah Jakarta.
Load more