Sejarah NU, Salah Satu Ormas Terbesar di Indonesia yang Mendirikan PKB
- Istimewa
Sekitar tahun 1310 Hijriyah atau 1892 Masehi, Kyai Hasyim menetap di Makkah selama 7 tahun dan berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi, Syaikh Mahfudh At-Tarmisi, Kyai Shaleh Darat Al-Samarani.
Bulan Muharram 1317 Hijriah atau Juni l899 Masehi, Kyai Hasyim Asy’ari kembali ke Tanah Air dan mengajar di Pesantren Gedang, milik kakeknya, Kyai Usman.
Kemudian pada bulan Jumadil akhir 1317 Hijriah atau Oktober 1899, Kyai Hasyim membeli sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng dan membangun sebuah bangunan tratak yang terbuat dari bambu sebagai tempat tinggal sekaligus tempat ibadah dan belajar santri.
Saat itu santrinya hanya 8 orang tetapi tiga bulan kemudian menjadi 28 orang.
Dalam perjalanan selanjutnya, dari pesantren Tebuireng itu lahir ribuan santri yang setelah lulus tak sedikit di antara santri tersebut yang kemudian tampil sebagai ulama terkenal dan tokoh pejuang yang berpengaruh.
Lahirnya NU
Terbentuknya NU sebagai wadah Ahlussunnah wal Jama’ah dipengaruhi oleh kondisi pada waktu itu ketika di Timur Tengah telah terjadi momentum besar yang dapat mengancam kelestarian Ahlussunnah wal Jama’ah terkait penghapusan sistem khalifah oleh Republik Turki Modern dan ditambah berkuasanya rezim Mazhab Wahabi di Arab Saudi yang sama sekali menutup pintu untuk berkembangnya mazhab lain di tanah Arab saat itu.
Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama masyhur berkumpul di Masjidil Haram dan sangat mendesak berdirinya organisasi untuk menjaga kelestarian Ahlussunnah wal Jama’ah.
Setelah melakukan istikharah, para ulama di Arab Saudi mengirimkan sebuah pesan kepada KH Hasyim Asy’ari untuk sowan kepada dua ulama besar di Indonesia saat itu, apabila dua ulama besar ini merestui, maka akan sesegera mungkin dilakukan tindak lanjut, dua orang itu adalah Habib Hasyim, Pekalongan dan Syaikhona Kholil, Bangkalan.
KH Hasyim Asy’ari dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, Kiai Irfan, dan KH R. Asnawi datang sowan ke kediamannya Habib Hasyim di Pekalongan.
Selanjutnya sowan ke Syaikhona Kholil Bangkalan, maka KH Hasyim dan ulama lainnya mendapatkan wasiat dari Syaikhona Kholil untuk segera melaksanakan niatnya itu sekaligus beliau merestuinya. (buz/put)
Load more