Peristiwa Isra Mi’raj 27 Rajab: Mengapa Nabi Muhammad SAW Diperjalankan di Malam Hari? Simak Tafsir Surah Al Isra Ayat 1 Ini
- pexels
Dari hadis-hadis tersebut, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad diperjalankan pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa atas izin Allah di bawah bimbingan malaikat Jibril.
Sebelum Nabi Muhammad saw diperjalankan pada malam itu, hatinya diisi iman dan hikmah, agar beliau tahan menghadapi segala macam cobaan dan tabah dalam melaksanakan perintah-Nya.
Perjalanan itu dilakukan dengan mengendarai Buraq yang mempunyai kecepatan luar biasa sehingga Isra dan Mi’raj hanya memerlukan waktu kurang dari satu malam.
Dalam ayat ini tidak dijelaskan secara terperinci, apakah Nabi saw Isr dengan roh dan jasadnya, ataukah rohnya saja.
Itulah sebabnya para mufasir berbeda pendapat mengenai hal tersebut.
Mayoritas mereka berpendapat bahwa Isrā’ dilakukan dengan roh dan jasad dalam keadaan sadar, bukan dalam keadaan tidur.
Mereka itu mengajukan beberapa alasan untuk menguatkan pendapatnya di antaranya:
a. Kata subḥāna menunjukkan adanya peristiwa yang hebat. Jika Nabi di-isrā’-kan dalam keadaan tidur, tidak perlu diungkapkan dengan menggunakan ayat yang didahului dengan tasbih.
b. Andaikata Isrā’ itu dilakukan dalam keadaan tidur, tentulah orang Quraisy tidak dengan serta merta mendustakannya.
Banyaknya orang muslim yang murtad kembali karena peristiwa Isra menunjukkan bahwa peristiwa itu bukanlah hal yang biasa.
Kata-kata Ummu Hani’ yang melarang Nabi menceritakan kepada siapapun pengalaman-pengalaman yang dialami ketika Isra agar mereka tidak menganggap Nabi saw berdusta, juga menguatkan bahwa Isra itu dilakukan Nabi dengan roh dan jasadnya. Peristiwa ini yang menyebabkan Abu Bakar diberi gelar as-Ṣiddīq karena dia membenarkan Nabi, dengan cepat dan tanpa ragu, ber-Isrā’ dengan roh dan jasadnya, sedangkan orang-orang lain berat menerimanya.
c. Firman Allah yang menggunakan bi’abdihi menunjukkan bahwa Nabi Isra dengan roh dan jasad karena kata seorang hamba mengacu pada kesatuan jasad dan roh.
Perkataan Ibnu ‘Abbas bahwa orang-orang Arab menggunakan kata ru’ya dalam arti penglihatan mata, maka kata ru’ya yang tersebut dalam firman Allah berikut ini mesti dipahami sebagai penglihatan dengan mata.
Load more