“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berdzikirlah kepada Allah Masy’arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan -Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang yang sesat.” (QS al-Baqarah: 198)
Allah Swt berfirman:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harga yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang - orang yang bertakwa.”(QS al-Baqarah: 180)
Ayat-ayat tersebut juga semakin memperkuat disahkannya mencari kekayaan yang merupakan karunia serta kebaikan dari Allah SWT.
Perkara-perkara kekayaan ini juga terdapat dalam kisah para nabi dan rasul yang difirmankan Allah SWT di dalam Al-Qur’an.
Misalnya, karunia kekayaan kepada Nabi Sulaiman AS yang tercantum dalam Surah Shaad ayat 35).
قَالَ رَبِّ اغۡفِرۡ لِىۡ وَهَبۡ لِىۡ مُلۡكًا لَّا يَنۡۢبَغِىۡ لِاَحَدٍ مِّنۡۢ بَعۡدِىۡۚ اِنَّكَ اَنۡتَ الۡوَهَّابُ
Qoola Rabbigh fir lii wa hab lii mulkal laa yambaghii li ahadim mim ba'de inaka Antal Wahhab
Artinya: “Dia berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi."
Kisah kekayaan lainnya yang ada di dalam Al-Qur’an adalah kekayaan kepada Nabi Yusuf AS yang tercantum dalam Surah Yusuf ayat 10 dan kekayaan Ratu Saba’ dalam Surah an-Naml ayat 30.
Yakinlah kita atas rezeki Allah SWT. Karena dalam Surah Al Isra ayat 30 Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
Wallahua’lam
(mg9/put)
Load more