Jakarta – Gempa Cianjur yang terjadi pada Senin (21/11/2022) dapat dirasakan di berbagai daerah, termasuk Jakarta dan sekitarnya.
Cerita terkait goncangan gempa Cianjur ini dirasakan oleh sebagian besar warga Jakarta, tidak terkecuali aktris Iis Dahlia.
Pedangdut senior tersebut mencuri perhatian publik karena tingkah kocaknya kala gempa Cianjur berlangsung. Bukan sekadar panik, Iis Dahlia justru membuat unggahan di Instagram Story yang cukup estetik.
Iis Dahlia dalam unggahan tersebut merekam kondisi rumahnya, yang tampak di area ruang makan dengan lampu gantung yang mewah. Dirinya juga membubuhkan tulisan “Gempaaaa” pada unggahan Instastory tersebut.
Unggahan Iis Dahlia ini menuai perhatian publik ketika diunggah ulang oleh sang putri, Salshadilla Juwita (@salshaindr).
Dalam unggahan Twitter tersebut, Salshadilla menyebut bahwa sang ibu sangat keren sebab responnya berbeda dengan dirinya.
“Keren bgt gue di kantor lari-larian mak gue di rumah malah instastory,” tulis salshaindr.
Hal tersebut lantas mendapatkan respon kocak dari netizen Twitter.
“begitu tenangnya beliau, mungkin karena sudah terbiasa terdampak gempa,” tulis akun @**jadef**.
“duh kebayang cara ngomongnya,” sebut akun @**mbohu**.
“mana mayan estetik lagi fotonya,” beber akun @**ymauriell.
Dugaan penyebab gempa Cianjur
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ungkap pemicu gempa Cianjur, yakni bagaimana kondisi sehingga menyebabkan terjadinya gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat.
"Dari BMKG sendiri, hasil sementara masih menduga bahwa gempa bumi ini akibat dari pergeseran sesar Cimandiri. Namun, seperti kita ketahui bahwa di wilayah tersebut.” ujar Bayu selaku Sub Koordinator Bidang Info Gempa Bumi BMKG.
“Di wilayah epicenter itu ternyata sangat kompleks, ada beberapa sesar lokal lainnya yang bisa jadi juga memicu gempa tersebut, jadi dari wilayah tersebut main fault-nya atau jalur sesar utama adalah sesar Cimandiri." lanjutnya.
Namun, Menurutnya, bisa jadi ada sesar lokal lain seperti dari Padalarang, kemudian Cirata dan Sesar lokal lainnya yang belum teridentifikasi.
"Jadi pemicunya ini yakni Sesar dengan mekanismenya adalah geser, jadi gempa bumi itu ada tiga mekanisme, ada yang naik, kemudian yang turun dan ada yang geser. Dan yang sekarang ini, gempa bumi yang ada di krastel atau kerak bumi itu mekanismenya adalah geser." terangnya di Gedung BMKG, Jakarta pada Senin (21/11/2022) lalu.
Terkait penyebab gempa terasa sangat luar biasa dampaknya, menurut Bayu karena gempa tersebut berada di tempat atau kedalaman dangkal, sehingga energi yang hanya 5,6 itu bisa sampai ke permukaan, lebih dekat ke permukaan.
“Dan kebetulan diatasnya itu adalah pemukiman yang padat penduduk." pungkasnya.
Bukan yang pertama
Perlu diketahui bahwa bencana gempa bumi bukan pertama terjadi di wilayah Cianjur. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejarah mencatat sebanyak 14 kali gempa merusak terjadi di kawasan Cianjur-Sukabumi.
"Untuk pertama kalinya, gempa Cianjur-Sukabumi tercatat pada tahun 1844. Sebelum tahun 1844 pernah juga terjadi gempa, tapi tidak tercatat," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Ia mengatakan gempa berkekuatan magnitudo 5,6 yang mengguncang kawasan Cianjur, Jawa Barat pada Senin (21/11) menjadi salah satu gempa yang merusak.
Ia menambahkan gempa Cianjur-Sukabumi yang menyebabkan kerusakan juga tercatat pada tahun 1879, 1900, 1910 dan 1912.
Selanjutnya, kata Daryono, pada 2 November 1969 terjadi gempa Cianjur-Sukabumi berkekuatan magnitudo 5,4 yang menyebabkan rumah rusak.
Pada 26 November 1973, gempa Cianjur-Sukabumi juga menyebabkan banyak rumah rusak di Cibadak, Sukabumi. Kemudian, pada 10 Februari 1982, gempa berkekuatan M5,5 menyebabkan banyak rumah rusak dan korban jiwa.
Pada 12 Juli 2000, gempa Cianjur-Sukabumi berkekuatan M5,4 dan 5,1 menyebabkan 1.900 rumah rusak berat di Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kududampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikadang, dan Kabandungan.
Pada 12 Juni 2011, gempa Cianjur-Sukabumi berkekuatan M4,9 mengakibatkan 136 rumah rusak di Lebak dan Sukabumi.
Pada 4 Juni 2012, lanjut Daryono, tercatat menjadi gempa dengan kekuatan yang terbesar di kawasan Cianjur-Sukabumi, yakni mencapai magnitudo 6,1.
"Gempa itu mengakibatkan 104 rumah rusak di Sukabumi," katanya.
Di tahun yang sama, lanjut dia, tepatnya pada 8 September 2012, juga terjadi gempa M5,1 yang menyebabkan 560 rumah rusak di Sukabumi.
Pada 11 Maret 2020, gempa berkekuatan M5,1 merusak 760 rumah di Sukabumi, dan pada 14 November 2022, ada tiga gempa bumi yang terjadi secara beruntun dengan kekuatan magnitudo M4,1, M3,3, dan M2,6.
Daryono mengemukakan wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, Bandung secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks yang menjadikan kawasan itu masuk dalam daerah rawan terjadi gempa.
"Disebut seismik aktif, karena hasil monitor BMKG di daerah itu sering terjadi gempa dengan berbagai variasi dan kedalaman," ujarnya.
Terkait kompleksitas, lanjut dia, daerah itu merupakan daerah jalur gempa aktif seperti keberadaan sesar atau patahan Cimandiri, Padalarang, Lembang, Cirata, dan masih banyak lagi sesar-sesar minor yang berada di wilayah tersebut.
"Sehingga, kawasan tersebut menjadi kawasan gempa secara permanen," tuturnya. (ant/ito/lsn)
Load more