Pati, Jawa Tengah - Seni budaya tradisional wayang topeng asal Dukuh Kedungpanjang, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati Jawa Tengah, masih terus dijaga dan lestari hingga kini.
Kesenian tradisional wayang topeng yang hanya ada di Desa Soneyan ini, kini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tekhnologi.
Warga Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah, patut diapresiasi dan bangga dengan ditetapkannya wayang topeng soneyan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh kementerian pendidikan kebudayaan riset dan teknologi pada tahun 2021. Namun, karena masih dalam Pandemi Covid-19, maka wayang topeng soneyan tidak dipentaskan.
Dukuh Kedungpanjang yang berada di lereng pegunungan muria itu memiliki tradisi yang berbeda. Jika di daerah lain kesenian yang umum adalah kesenian ketoprak ataupun wayang kulit, mereka justru tetap melestarikan kesenian wayang topeng. Kesenian ini hanya ada di dukuh tersebut dan berbeda dengan seni tradisi yang lain.
Para pemain maupun pengrawitnya semuanya merupakan warga setempat. Tingkat lokalitas itu sudah bertahan selama bertahun-tahun sejak nenek moyang mereka. Bahkan wayang topeng diyakini sudah ada sejak tahun 1896.
“Wayang topeng ini suatu kesenian yang kita banggakan. Karena apa, tidak ditemukan di daerah lain. Dan itu sebagai kekayaan kesenian kita warga dukuh kedungpanjang. Setiap diri warga kita tanamkan untuk mencintai, mengembangkan dan memberdayakan wayang topeng dukuh kedungpanjang ini,” ujar Payatun, tokoh masyarakat Desa Soneyan, Kamis (4/8/2022).
“Pengrawitnya (penabuh gamelan) itu irama gamelannya ada khas tersendiri untuk wayang topeng, belum tentu orang luar desa sini (Soneyan) bisa memainkan,” lanjutnya.
Topeng yang digunakan juga turun temurun, bukan topeng yang baru. Cara memakai topeng pun sangat unik, karena tidak dikaitkan di kuping atau kepala, melainkan digigit. Semua pemain wayang topeng harus menggigit topeng tersebut saat pementasan.
“Wayang Topeng Kedungpanjang Desa Soneyan itu dari seni gamelannya, karawitannya,itu tidak bisa seperti wayang wayang yang lain. Terus terkait topengnya itu lain dari yang lain, kalau wayang topeng lainnya itu kan dikalungkan topengnya, kalau wayang topeng kedungpanjang ini di gigit topengnya,” jelasnya.
Dalam pementasan wayang topeng ini sekilas hampir mirip dengan ketoprak. Bedanya para pemainnya mengenakan topeng, sedangkan dialognya dinarasikan oleh dalang. Namun, meski wajah para pemain tertutup topeng, aura karakter dari tiap tokoh begitu terasa.
Payatun yang buyutnya dulu adalah seorang dalang wayang topeng, berharap dengan ditetapkan wayang topeng soneyan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tekhnologi, bisa berdampak positif terhadap masyarakat Desa Soneyan dan wayang topeng ini bisa berkembang dan tetap lestari tidak tergerus perkembangan kesenian modern.
“Saya berharap setelah wayang topeng Kedungpanjang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh kemendikbud,semakin menambah keberkahan bagi warga dusun Kedungpanjang, Desa Soneyan,” harapnya.
Dalam pementasan cerita wayang topeng soneyan yang dibawakan setiap tahunnya adalah among tani. Cerita itu tidak pernah berganti dengan cerita lain, karena sebagian besar warga Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan adalah petani.
Di desa Soneyan ada tiga dukuh, namun keberadaan wayang topeng hanya ada di Dukuh Kedungpanjang dan masih dijaga secara turun temurun oleh warga setempat. (Arm/Buz)
Load more