Jakarta - Nokia merupakan salah satu merk ponsel yang pernah berjaya di masanya. Brand asal Finlandia ini, menjadi ponsel yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Ada berbagai alasan yang menyebabkan Nokia gagal bersaing dan mengakibatkan kehancuran bagi raksasa teknologi asal Finlandia itu.
Dirangkum dari laman VIVA, berikut 5 fakta keruntuhan Nokia dikutip dari situs Startup Talky (10/6/2022).
img:Pixabay
Nokia gagal memanfaatkan Android, layaknya Samsung yang meluncurkan rangkaian ponsel berbasis Android hemat biaya dan ramah pengguna.
Ketika brand ponsel sibuk berinovasi dan mengerjakan smartphone mereka menyesuaikan perkembangan, Nokia tetap keras kepala.
Manajemen Nokia berpendapat bahwa orang akan sulit menerima ponsel layar sentuh, sehingga mereka tetap melanjutkan tata letak keypad QWERTY.
Terlebih Nokia tidak menganggap Android sebagai kemajuan dan tidak mau mengadopsi sistem operasi tersebut. Nokia memperkenalkan OS Symbian sebagai tandingan, namun OS tersebut sulit mengejar Apple dan Samsung yang telah memperkuat posisi.
img: Pixabay
Berikutnya adalah kesalahan Nokia dalam mengambil langkah kesepakatan dengan Microsoft. Perusahaan menjual dirinya ke Microsoft pada waktu yang kurang tepat, yaitu ketika raksasa perangkat lunak itu penuh dengan kerugian.
Akhirnya, penjualan Nokia merosot dan bahkan sulit untuk bertahan hidup sendiri. Pada saat yang sama, Apple dan Samsung terus membuat langkah signifikan dalam inovasi dan perkembangan teknologi.
Nokia sudah sangat tertinggal jauh untuk beradaptasi dengan perubahan cepat pasar. Akuisisi Microsoft atas Nokia dianggap sebagai salah satu kesalahan terbesar dan tidak membuahkan hasil bagi kedua belah pihak.
img: Pixabay
Strategi pemasaran yang buruk menyebabkan Nokia bangkrut. Apple menjadi perusahaan pertama yang menerapkan model branding payung dengan menempatkan iPhone di atas rangkanya. Apple terus menambahkan model baru dari tahun ke tahun.
Samsung mengikuti rute yang sama dengan meluncurkan seri Samsung Galaxy. Akibatnya, kepercayaan pengguna yang dibangun Nokia selama bertahun-tahun telah berkurang.
Perusahaan menjadi tidak efisien dalam metode penjualan dan distribusinya. Kegagalan dalam strategi pemasaran dan distribusi Nokia memainkan peran penting dalam penghapusannya dari industri seluler.
Nokia tidak pernah dengan cepat dan bahkan sama sekali tidak mengikuti perubahan teknologi dan tren. Perusahaan terkenal dengan perangkat kerasnya dan tidak terlalu memperhatikan masalah perangkat lunak.
Alih-alih menjadi salah satu penggagas awal, Nokia bertransisi ketika hampir setiap merek besar sudah mulai memproduksi ponsel yang luar biasa.
img: Pixabay
Nokia selalu melebih-lebihkan nilai mereknya, dan merasa bahwa orang masih akan berbondong-bondong ke toko dan membeli ponsel buatannya.
Selain itu, kurangnya inovasi dalam produk-produknya juga membuat Nokia kehilangan minat pasat. Sementara merek seperti Samsung dan Apple hadir dengan ponsel canggih setiap tahunnya.
Sedangkan Nokia hanya meluncurkan ponsel Windows dengan fitur dasar, tidak menarik dan membosankan. Di era 4G, Nokia bahkan belum memiliki ponsel berkemampuan 3G.
Keputusan yang salah dan menghindari risiko membawa penurunan perusahaan karena Nokia menahan diri untuk tidak mengadopsi teknologi terbaru. Kegagalan Nokia menjadi studi kasus yang membuat organisasi menyadari pentingnya evolusi dan peningkatan berkelanjutan. (Mzn)
Load more