Review Film Pesugihan Sate Gagak: Ritual Mistis, Tawa Gila, dan Kritik Sosial dalam Satu Paket
- tangkapan layar instagram bioskop
“Sebelum ke Jakarta, saya pernah mengalami masa-masa susah. Pengalaman itu sangat membantu saya mendalami karakter ini,” kata Yono. Sementara itu, Benidictus Siregar menilai proyek ini sebagai pengalaman spesial karena harus menampilkan sisi drama yang jarang ia eksplor sebelumnya.
“Meskipun unsur komedinya kuat, saya justru banyak bermain di adegan drama. Itu yang bikin film ini terasa istimewa,” ungkapnya. Sebagai debut penyutradaraan layar lebar, Etienne Caesar dan Dono Pradana sukses memadukan gaya sinematik yang segar dengan pesan sosial yang relevan.
EC menonjolkan kekuatan akting para pemain dalam adegan dramatis, sementara Dono menambahkan sentuhan komedi khas dunia stand-up. “Adegan drama yang dimainkan Trio Gagak itu luar biasa. Mereka benar-benar keluar dari zona nyaman,” ujar EC.
Produser Aoura Lovenson menegaskan bahwa film ini bukan sekadar tontonan untuk menakuti, tetapi juga membawa pesan positif. “Ini pure bukan film horor, tapi feel good movie yang akan mudah disukai banyak orang. Kami berharap film ini juga bisa membawa optimisme di tengah kesulitan ekonomi yang banyak dialami masyarakat,” jelasnya.
Secara keseluruhan, Pesugihan Sate Gagak berhasil menghadirkan hiburan yang ringan namun bermakna. Ceritanya absurd tapi jujur, lucu tapi menyentuh realitas sosial. Film ini membuktikan bahwa tawa bisa menjadi cara terbaik untuk menghadapi tekanan hidup. (udn)
Load more