Mencekam, Ahli Forensik Sumy Hastry Ceritakan Eksekusi Freddy Budiman: Diikat, Mata Ditutup, Menuju Titik Tembak
- Tangkapan layar
Jakarta, tvOnenews.com - Publik Tanah Air kembali dikejutkan dengan kabar penangkapan artis sekaligus musisi Onadio Leonardo, atau yang akrab disapa Onad, terkait dugaan penyalahgunaan narkoba pada Jumat (31/10/2025).
Kepastian penangkapan Onad dikonfirmasi langsung oleh Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ahmad David.
“Ya benar (Onadio ditangkap),” ujar Ahmad David.
Penangkapan dilakukan di sebuah perumahan kawasan Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Polisi menemukan beberapa barang bukti berupa satu lembar papir, satu plastik klip kecil berisi batang ganja, satu boks kecil, serta tiga ponsel.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Brigjen Pol Ade Ary Syam Indradi, hasil pendalaman di lapangan juga menunjukkan adanya sisa ekstasi yang diduga telah dikonsumsi.
“Yang ditemukan hanya ada beberapa sisa ganja di dalam plastik. Ini masih terus dikembangkan,” ujarnya.
- Instagram @onadioleonardo_official
Kasus Onadio Leonardo kembali mengingatkan publik pada salah satu nama besar di dunia kriminal narkoba di Indonesia, Freddy Budiman. Freddy, yang dieksekusi mati pada 29 Juli 2016 di Lapas Nusakambangan, pernah menjadi gembong narkoba kelas kakap dengan terlibat penyelundupan pil ekstasi dari China sebanyak 1,4 juta butir.
Seorang ahli forensik, dr Sumy Hastry Purwanti, yang menjadi bagian tim dokter menjelang eksekusi Freddy Budiman, mengungkapkan detail proses tersebut dalam kanal Youtube Denny Darko. Ia menjelaskan bahwa persiapan eksekusi dilakukan dengan sangat matang.
“Latihannya dengan Tim Brimob juga, jadi bagaimana mereka mau dieksekusi,” kata dr Sumy Hastry.
Salah satu prosedur yang dilakukan adalah mengikat tubuh Freddy di tiang dan melakukan pengecekan kondisi kesehatan sehari sebelum eksekusi.
“Kita laporan, saya sebagai tim dokternya, tempel titik tembaknya biar jelas. Karena kan dilakukan di malam hari,” tambahnya.
Setiap narapidana pidana mati diberikan baju putih dan titik hitam sebagai sasaran tembak untuk meminimalkan rasa sakit.
“Memang dipersiapkan seperti itu dan ditutup kepalanya,” jelas dr Hastry.
Dalam proses itu, narapidana juga mendapat pendampingan sesuai agamanya.
“Bagi umat Islam akan didampingi ustaz, sementara yang beragama Nasrani didampingi pendeta. Ada pendekatan supaya mereka siap,” tambahnya.
- Kolase tvOnenews.com
Sebelum terjun ke bisnis narkoba, Freddy Budiman diketahui sebagai bos pencopet di Surabaya sejak 1990-an.
Aksi kriminalnya kemudian merambah ke Jakarta, hingga ia akhirnya terjun ke dunia narkoba pada awal 2000-an.
Freddy Budiman pertama kali ditangkap atas kasus pengedaran narkoba pada 2009 dan divonis tiga tahun penjara karena memiliki 500 gram sabu. Namun, pada 2011, ia kembali ditangkap dengan barang bukti 27 gram sabu, 300 gram heroin, dan 450 gram bahan untuk membuat pil ekstasi, yang membuatnya divonis 18 tahun penjara sebelum akhirnya dieksekusi.
Load more