Peluncuran Buku 'Selangkah di Belakang': Mengintip Lebih Dekat Kisah Mbak Tutut Soeharto yang Bisa Jadi Bekal untuk Generasi Muda
- Ist
tvOnenews.com - Siti Hardiyanti Rukmana, yang akrab disapa Mbak Tutut Soeharto, putri sulung Presiden kedua RI Soeharto meluncurkan buku terbaru berjudul 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut'.
Acara tersebut digelar di Ballroom Prajurit, Balai Sudirman, Jakarta, pada Jumat (15/8), dengan dihadiri sejumlah tokoh nasional, sahabat, serta keluarga besar.
Buku tersebut disusun melalui kontribusi pemikiran tokoh nasional, rekan kerja, sahabat, dan keluarga.
Buku yang memuat lebih dari 500 halaman ini mengisahkan perjalanan hidup, dan nilai hidup Mbak Tutut, mulai dari masa kecilnya di Yogyakarta, kiprahnya di dunia bisnis dan politik, hingga perannya sebagai tokoh keluarga Cendana dan penggiat sosial.
"Buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' bukan sekadar memoar. Ini cermin kepemimpinan yang rendah hati, aspiratif, konsisten melayani, dan dekat dengan denyut masyarakat," ujar Bambang Soesatyo.
Buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' memberi perspektif dari balik layar, bagaimana kepemimpinan bisa bekerja secara senyap namun berdampak.
Catatan-catatan yang dihimpun menampilkan perjumpaan Tutut dengan berbagai komunitas, aktivis sosial, dan jaringan kader-kader penggerak yang bekerja di akar rumput.
Lebih lanjut, pembaca dapat menemukan konteks yang utuh tentang kedisiplinan, keteguhan, dan kebersahajaan yang menjadi fondasi kerja nyata.
"Buku ini memperlihatkan sisi kepemimpinan yang tidak selalu berada di panggung depan, tetapi konsisten memberi pengaruh. Bagaimana pengabdian bisa berlangsung senyap, namun berdampak," jelas Bamsoet.
Peluncuran buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' relevan dengan kebutuhan masyarakat akan teladan yang mampu menjembatani masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Peran penting Mbak Tutut saat menjabat Menteri Sosial RI di Kabinet Pembangunan VII yang menuntut empati, kehadiran langsung, dan kemampuan mengelola program-program sosial berskala nasional.
"Sejarah tidak hanya dibangun oleh peristiwa besar, tetapi juga oleh langkah-langkah tenang di belakang layar. Dari buku ini kita belajar bahwa pengabdian ialah kerja panjang yang dirawat hari demi hari," ungkapnya.
Sementara, Donna Sita Indria selaku penulis buku Selangkah di Belakang Mbak Tutut memastikan bahwa Tutut bukan hanya penikmat budaya. Tetapi juga ikut berperan mengangkat warisan budaya Nusantara ke panggung internasional.
Salah satu momen berkesan adalah ketika Mbak Tutut membawa hasil kerajinan tangan suku Asmat dari Papua ke Amerika Serikat.
Karya seni tersebut mampu memukau masyarakat di Negeri Paman Sam hingga karyanya dipajang di gedung kota New York.
“Saya pernah ikut ke Papua, dulu masih disebut Irian Jaya. Mbak Tutut begitu bersemangat mengangkat kerajinan Asmat yang orisinal, lalu memperkenalkannya ke dunia. Itu menjadi bukti kepeduliannya terhadap budaya bangsa,” kata Donna.
Buku itu juga menampilkan kisah dari balik layar berbagai kiprah strategis di berbagai bidang. Baik dalam dunia bisnis, kegiatan sosial, seni-budaya, dan lain-lain.
Misalnya atas keberhasilannya dalam memimpin pembangunan jalan layang tol pertama di Indonesia dengan teknologi Sosrobahu, hingga memenangkan tender international saat membangun Metro Manila Skyway di Filipina atas permintaan Presiden Fidel Ramos dan membangun jalan tol Ayer Hitam – Yong Peng Timur di Malaysia.
“Buku ini bukan sekadar dokumentasi, tapi sebuah ajakan untuk kembali pada nilai ketulusan dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, dan keberanian untuk mengabdi. Dari keluarga ke bangsa, dari bisnis ke sosial, itulah warisan yang disampaikan,” tutur Tria S.P. Ismail Saleh.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai aktivis sosial yang turun langsung ke lokasi bencana, hingga memimpi Persatuan Donor Darah Indonesia dan Palang Merah Indonesia. (udn)
Load more