Bukan Bunuh Diri, Motif Kematian Diplomat Muda Arya Daru Dibongkar Sosok Ini, Katanya...
- Kolase tvOnenews
tvOnenews.com - Kasus kematian Arya Daru Pangayunan (39), seorang diplomat muda Kementerian Luar Negeri, masih menyisakan banyak pertanyaan hingga saat ini.
Dalam konferensi pers pada Selasa, 29 Juli 2025, yang juga menampilkan barang bukti dari kamar kos Arya, pihak Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya secara resmi mengumumkan hasil penyelidikan mereka.
Menepis dugaan pembunuhan yang sempat merebak, polisi menyimpulkan bahwa Arya Daru diduga meninggal dunia akibat tekanan mental yang berat.
- tvOnenews.com/Rika Pangesti
Dalam konferensi pers tersebut Ketua Apsifor, Nathanael EJ Sumampaw, memaparkan latar belakang yang mendorong Arya Daru mengambil keputusan tragis tersebut.
"Sebagai sosok yang sangat positif di lingkungan, almarhum sangat sulit ekspresikan emosi negatif yang kuat terutama dalam situasi tekanan yang tinggi,” ungkap Nathanael EJ Sumampaw.
Namun, di sisi lain tak sedikit publik yang masih ragu dengan pernyataan kepolisian. Banyak dari mereka yang percaya, bahwa Arya Daru adalah korban pembunuhan, bukan bunuh diri.
Bambang Widjojanto, pendiri Kontras sekaligus pengacara senior pun turut memberikan pandangannya melalui kanal YouTube pribadinya yang diunggah pada 10 Juli 2025.
Ia menyebut kematian Arya bisa dikategorikan sebagai lock room mystery atau misteri ruang tertutup.
Dalam ilmu kriminologi, pola seperti ini biasanya menunjukkan adanya pesan tersembunyi dari pelaku.
Menurut Bambang, metode pembunuhan yang digunakan, yakni melilit wajah dan mulut korban dengan lakban adalah bentuk simbolik dari pembungkaman.
"Jadi si pelaku itu sedang mengirim pesan simbolik," ujar Bambang, dikutip Selasa (15/7/2025).
"Maka kemudian yang paling dibaca pertama kali itu adalah bagaimana kejahatan itu dilakukan. Tadi dijelaskan bahwa korban, Pak Daru itu kan mulut wajahnya dilakban.
"Nah, ini bagi kalangan kriminolog disebut sebagai simbol pembungkaman," jelas Bambang Widjojanto.
- YouTube/Bambang Widjojanto
Ia menambahkan, jika nantinya terbukti bahwa kematian Arya berhubungan dengan kasus besar seperti Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), maka teori pembungkaman tersebut akan semakin menguat.
Bambang melanjutkan, bahwa hal itu juga menjadi pesan kepada orang lain, bahwa siapa pun yang berani untuk bicara dan membocorkan informasi akan berakhir seperti Arya Daru.
"Pesannya kepada orang lain melalui korban itu, yang bicara dan membocorkan informasi nih kayak gini, nih," jelasnya.
Bambang juga menyoroti kemungkinan adanya upaya untuk menyamarkan pembunuhan tersebut seolah-olah sebagai tindakan bunuh diri. Motif pembunuhan kedua ini disebut sebagai setting ruang terkunci.
Hal itu didasarkan pada kondisi kamar yang terkunci dari dalam serta minimnya jejak pelaku yang diduga menjadi pembunuh Arya.
- YouTube/Bambang Widjojanto
"Kita kayak lagi dikasih teka-teki. Kalau jejaknya enggak ada, kemungkinan besar dia bunuh diri. Lagi mau dibikin seperti itu," ujarnya.
"Keahlian profesional dari pelakunya tidak meninggalkan jejak. Dia (pelaku) ingin membuat fake scenario, seolah-olah ini pasti bunuh diri," sambungnya.
Meski demikian, polisi masih menunggu hasil pemeriksaan forensik dan autopsi. Saat ini, satu-satunya bukti yang ditemukan adalah sidik jari Arya sendiri pada lakban, tanpa tanda-tanda kekerasan atau barang hilang. (ism)
Load more