Waduh, Diplomat Arya Daru Dibilang Tewas karena Dugaan Perilaku Seks Menyimpang, Seksolog Zoya Amirin Jelaskan Kalau Itu…
- Tangkapan layar
“Dan saya belum pernah tahu ada asphyxiation yang sepenuh itu dilakban. terlalu rapi karena setiap aksi yang mereka lakukan sudah didesain untuk memiliki self rescue,” tegasnya.
Lebih dari itu Zoya Amirin juga menanyakan apakah posisi tangan korban itu dilakban atau tidak dan menghadap ke arah depan atau ke belakang.
“Karena mereka itu bukan mencari kematian. Asphyxiation itu dia mencari suasana-suasana di antara mau matinya atau momen sesaknya,” jelas Zoya.
“Ada yang harus menghalangi udara, ada yang ingin ditindih gitu dadanya. Tapi kalau ini udara pun biasanya dia hanya di sekitar hidung. Enggak mungkin sampai ketutup sepenuhnya,” tambahnya.
- Tangkapan layar
Minimal sampai saat ini seksolog berusia 49 tahun itu belum pernah tahu ada kasus yang segitu penuhnya melakban wajah.
“Jadi memang tidak ada tanda-tanda kekerasan ditemukan sendiri itu sudah relatif tidak memenuhi syarat adanya perilaku seks menyimpang,” ucapnya.
Lebih dari itu tidak ada pula ditemukan sex toy (alat bantu seksual) atau parafernalia (ikatan-ikatan di tubuh korban).
“Lebih lucu lagi misalnya tali ikatannya baru, itu hampir nggak mungkin. Kalau orang sudah bermain lakban, dia biasanya melalui tahapan ikatan dulu,” terang Zoya.
Mulai ikatan yang simpel, halus, sampai ke lakban-lakban itu hierarkinya sudah paling tinggi.
“Dan kalau sampai hierarki yang paling tinggi dia tidak punya self rescue ini terlalu aneh menurut saya. Tidak konsisten,” ujarnya.
Sampai saat ini berdasarkan data-data yang ia miliki, Zoya Amirin berani menyimpulkan bahwa ini bukan perilaku seks menyimpang.
“Dan kalaupun benar korban gagal melakukan asphyxiation hingga berujung meninggal dunia, artinya kan ada proses menuju meninggal dunia. Itu kenapa tidak ada cairan tubuh sama sekali yang menandakan keterangsangannya setelah mencapai momen-momen itu,” tutupnya.
Load more