Malam 1 Suro Sekaligus Jumat Kliwon Jadi Waktu Sakral, Ada Ritual hingga Entitas Minta Tumbal? Om Hao Bilang Sebetulnya…
- YouTube/NadiaOmara
Mereka diajarkan untuk lebih memperbanyak zikir, doa, dan memperbaiki kualitas spiritual.
Berbagai pantangan yang tumbuh di tengah masyarakat bukan untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai bentuk pengingat agar manusia lebih berhati-hati dan tidak sembrono dalam tindak-tanduk, khususnya di bulan yang dianggap keramat ini.
Fenomena ini memang tumbuh dari kepercayaan turun-temurun yang hingga kini tetap dijaga oleh sebagian masyarakat Jawa.
Ada anggapan bahwa bulan Suro, terutama yang jatuh bertepatan dengan Jumat Kliwon, membuat energi spiritual berada di titik paling kuat.
Berbagai entitas dari alam lain diyakini dapat masuk dan memberi pengaruh, bahkan meminta tumbal dari manusia yang lengah atau tidak mematuhi pantangan.
Namun, Om Hao juga memberi klarifikasi soal ini.
Ia menjelaskan bahwa bulan Suro bukanlah waktu yang harus ditakuti secara berlebihan, tetapi lebih baik digunakan untuk refleksi, perenungan, dan memperbaiki batin.
“Bulan suro ini bulan untuk merenung, lebih banyak menyepi, lebih banyak tirakat yang berkaitan dengan duniawi itu ditanggalkan dulu,” kata Om Hao.
“Berikutnya berkaitan dengan ketika satu suro ini banyaknya portal yang terbuka sehingga menyebabkan kejadian yang kurang baik,” terangnya.
Penjelasan dari Om Hao ini memberi sudut pandang berbeda bagi yang belum memahami nilai spiritual dari bulan Suro.
Ada makna lebih dalam dari berbagai ritual dan pantangan yang dilakukan.
Bukan soal entitas atau tumbal semata, tetapi soal bagaimana manusia dapat menyucikan batin dan menjadikan momentum ini sebagai waktu untuk refleksi dan memperbaiki kualitas spiritualitas.
Malam 1 Suro memang kerap membuat banyak orang merasa khawatir, apalagi dengan berbagai cerita mistis yang berkembang dari waktu ke waktu.
Namun, bagi Om Hao, yang paling penting bukanlah soal takut atau tidak, tetapi soal bagaimana memaknai bulan Suro sebagai titik balik untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama.
Ini momen bagi setiap individu untuk memperbaiki kualitas batin, memulai langkah yang penuh keberkahan, dan menjaga laku hidup agar selaras dengan nilai-nilai spiritual yang diwariskan dari generasi ke generasi. (adk)
Load more