Sebelum Viral, Gus Miftah Pernah Singgung Soal Habib Rizieq Shihab yang Masih 'Keturunan' Rasululllah, Miftah Bilang: Nggak Ada Kewajiban...
- Antara / tvOne
Lebih lanjut, Gus Miftah juga meminta jamaah untuk tidak memusuhi habib. Sebab, yang berbeda pandangan hanya pola pikirnya saja, sementara dalam tubuh habib mengalir darah Nabi SAW.
Ia menambahkan, yang harus dipahami adalah memusuhi pola pikir, bukan darah Nabi yang mengalir dalam tubuh para habaib.
"Selama itu betul dzurriyahnya Kanjeng Nabi, tolong jangan pernah memusuhinya. Yang kita musuhi itu pola pikirnya tapi dzurriyahnya dan darahnya Kanjeng Nabi ini nggak boleh," pungkasnya.
Namun, Gus Miftah sendiri tidak lepas dari kontroversi. Baru-baru ini, ia menjadi sorotan karena komentarnya yang dianggap mengolok-olok seorang penjual es teh viral.
Dalam sebuah video yang tersebar, Gus Miftah menyindir usaha tersebut dengan nada yang dinilai merendahkan.
Kejadian ini memicu pro dan kontra di masyarakat, terutama karena Gus Miftah dikenal sebagai tokoh yang sering menyampaikan pesan toleransi dan hormat.
- YouTube/GusYusufChannelTegalrejo
Kasus ini menjadi bahan perbincangan karena kontradiksi antara pernyataan dan tindakannya.
Di satu sisi, Gus Miftah menyerukan penghormatan kepada semua pihak, termasuk mereka yang berbeda pandangan, seperti Habib Rizieq.
Di sisi lain, tindakannya terhadap penjual es teh dinilai tidak mencerminkan sikap tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa pesan moral yang disampaikan sering kali diuji oleh tindakan nyata di kehidupan sehari-hari.
Kasus Gus Miftah dan pernyataannya tentang Habib Rizieq memberikan pelajaran penting tentang konsistensi dalam sikap.
Menghormati perbedaan, baik itu dalam konteks ideologi maupun profesi, adalah prinsip yang seharusnya diterapkan secara universal.
Sebagai tokoh publik, konsistensi antara ucapan dan tindakan menjadi krusial dalam membangun kepercayaan masyarakat.
Gus Miftah, melalui berbagai pernyataannya, mengingatkan bahwa meskipun berbeda pandangan, rasa hormat harus tetap dijaga.
Namun, insiden dengan penjual es teh menunjukkan bahwa setiap individu, termasuk tokoh agama, tidak terlepas dari kekhilafan yang perlu dijadikan bahan introspeksi. (udn)
Load more