tvOnenews.com - Gus Miftah pernah singgung soal sosok Habib Rizieq Shihab sebelum viral akibat kasus mengolok-olok penjual es teh.
Sebagai informasi, Habib Rizieq Shihab kembali menjadi perhatian publik setelah kabar pernikahannya dengan Syarifah Mona Hasina Alaydrus tersebar.
Informasi ini dikonfirmasi oleh Aziz Yanuar, juru bicara Front Persaudaraan Islam (FPI).
Aziz menyatakan bahwa pernikahan tersebut berlangsung pada Sabtu, 23 Maret 2024, secara resmi dan sederhana, hanya dihadiri keluarga serta kerabat dekat.
Sebelumnya, istri pertama Habib Rizieq meninggal dunia pada 16 Desember 2023 akibat sakit.
Dengan dukungan dari ketujuh anak dan menantunya, Habib Rizieq menikahi Syarifah Mona, yang juga keponakan mendiang istrinya.
Habib Rizieq dikenal sebagai tokoh yang kontroversial, terutama karena kepemimpinannya di Front Pembela Islam (FPI).
Sebuah organisasi yang muncul sebagai respons terhadap melemahnya peran negara dalam menegakkan hukum di masyarakat.
Tidak jarang, ia menjadi sorotan karena keberaniannya dalam menyuarakan pandangan yang kerap berbenturan dengan pihak lain.
Pada tahun 2020, Habib Rizieq sempat ditahan di Rutan Bareskrim Polri terkait kasus penyebaran berita bohong dan pelanggaran protokol kesehatan.
Setelah memenuhi syarat hukum, ia dibebaskan bersyarat pada 20 Juli 2022. Terkait sosok Habib Rizieq, Gus Miftah mengungkapkan pandangan yang menarik.
Menurutnya, sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, Habib Rizieq tetap harus dihormati meskipun ada perbedaan pandangan.
Dalam sebuah tayangan di YouTube, Gus Miftah menegaskan bahwa menghormati dzurriyah Nabi adalah kewajiban, terlepas dari ideologi atau pola pikir yang berbeda.
"Kita boleh berbeda pendapat, tapi jangan pernah menghilangkan rasa hormat kepada dzurriyah Kanjeng Nabi," ujar Gus Miftah.
"Walaupun dia secara pandangan bernegara ideologi, berbeda dengan kita. Kita boleh kok berbeda pendapat dengan Habib Rizieq dengan Habib Bahar, dengan siapapun," terang Gus Miftah.
“Tapi saya minta satu, Kamu boleh tidak taat, tapi jangan pernah menghilangkan rasa hormat. Yang kita hormati apa? dzurriyahnya kanjeng Nabi," imbuhnya.
"Soal kita berbeda pendapat dengan dia ya boleh-boleh saja dong. Nggak ada kewajiban kita untuk taat gitu, tetapi ada kewajiban untuk hormat," jelasnya.
Lebih lanjut, Gus Miftah juga meminta jamaah untuk tidak memusuhi habib. Sebab, yang berbeda pandangan hanya pola pikirnya saja, sementara dalam tubuh habib mengalir darah Nabi SAW.
Ia menambahkan, yang harus dipahami adalah memusuhi pola pikir, bukan darah Nabi yang mengalir dalam tubuh para habaib.
"Selama itu betul dzurriyahnya Kanjeng Nabi, tolong jangan pernah memusuhinya. Yang kita musuhi itu pola pikirnya tapi dzurriyahnya dan darahnya Kanjeng Nabi ini nggak boleh," pungkasnya.
Namun, Gus Miftah sendiri tidak lepas dari kontroversi. Baru-baru ini, ia menjadi sorotan karena komentarnya yang dianggap mengolok-olok seorang penjual es teh viral.
Dalam sebuah video yang tersebar, Gus Miftah menyindir usaha tersebut dengan nada yang dinilai merendahkan.
Kejadian ini memicu pro dan kontra di masyarakat, terutama karena Gus Miftah dikenal sebagai tokoh yang sering menyampaikan pesan toleransi dan hormat.
Kasus ini menjadi bahan perbincangan karena kontradiksi antara pernyataan dan tindakannya.
Di satu sisi, Gus Miftah menyerukan penghormatan kepada semua pihak, termasuk mereka yang berbeda pandangan, seperti Habib Rizieq.
Di sisi lain, tindakannya terhadap penjual es teh dinilai tidak mencerminkan sikap tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa pesan moral yang disampaikan sering kali diuji oleh tindakan nyata di kehidupan sehari-hari.
Kasus Gus Miftah dan pernyataannya tentang Habib Rizieq memberikan pelajaran penting tentang konsistensi dalam sikap.
Menghormati perbedaan, baik itu dalam konteks ideologi maupun profesi, adalah prinsip yang seharusnya diterapkan secara universal.
Sebagai tokoh publik, konsistensi antara ucapan dan tindakan menjadi krusial dalam membangun kepercayaan masyarakat.
Gus Miftah, melalui berbagai pernyataannya, mengingatkan bahwa meskipun berbeda pandangan, rasa hormat harus tetap dijaga.
Namun, insiden dengan penjual es teh menunjukkan bahwa setiap individu, termasuk tokoh agama, tidak terlepas dari kekhilafan yang perlu dijadikan bahan introspeksi. (udn)
Load more