tvOnenews.com - Siapa yang tak mengenal Ahmad Sahroni, politikus sekaligus Bendahara Umum Partai NasDem ini digadang-gadang bakal maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2024 nanti.
Sosok Ahmad Sahroni menjadi perhatian publik setelah Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini adu baliho dengan eks Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam Pilkada DKI Jakarta 2024.
Kini Ahmad Sahroni tengah menjadi sorotan, sebab Anggota DPR RI ini dikenal sebagai crazy rich yang muncul di bursa calon Gubernur DKI Jakarta.
Bahkan, politikus kaya raya dan bergelimang harta ini juga pernah merasakan pahitnya hidup dijalanan dan diusir-usir orang.
Seperti apa kisah Ahmad Sahroni dahulu sebelum menjadi sukses? Simak informasinya berikut ini.
Terkait dengan stempel dirinya sebagai crazy rich, Ahmad Sahroni menyampaikan bahwa hal yang ia dapatkan adalah atas keridhaan Allah SWT.
Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni. (Tim tvOnenews - Julio Trisaputra)
Melalui tayangan pada kanal YouTube Kasisolusi, Ahmad Sahroni mengatakan pernah menjadi sopir di salah satu perusahaan.
"Gue sebagai supir waktu itu di salah satu perusahaan, yang sekarang, perusahaan itu sampai hari ini punya gue," ungkap Ahmad Sahroni pada tayangan YouTube Kasisolusi.
Ahmad Sahroni menyampaikan bahwa hal tersebut bukanlah sebatas cerita, sebab seluruh pelaku bisnis pemain minyak di Jakarta dan Surabaya semua mengetahui perusahan miliknya saat ini.
Perusahaan tersebut merupakan sebuah perusahaan swasta murni, dengan kondisi perusahaan keluarga sebelumnya.
Dahulu perusahaan tersebut adalah milik bosnya pada saat Ahmad Sahroni bekerja sebagai seorang driver atau supir.
Ia bekerja sekitar tahun 97, setelah lulus SMA karena diajak oleh pamannya yang juga merupakan teman dari bos kedua di perusahaan tersebut.
Paman dan bosnya memiliki hubungan pertemanan yang baik semenjak berkuliah di STAN.
"Beliau sudah passed away 2 tahun lalu. Dan itu orang yang pernah mau lempar gue pake asbak rokok, karena waktu itu dia baru pulang mabuk. Dan gue baru pulang mabuk, dan dia menuduh gue nipu dalam proses pekerjaan, pengisian bahan bakar minyak (bbm)," ujarnya.
Saat terjadi demo besar-besaran di tahun 1998, Ahmad Sahroni masih bertugas mengantar bosnya di salah satu tol dengan suasana riuh bakar-bakaran.
Kemudian, dirinya juga pernah berseteru dengan pamannya hingga keluar dari pekerjaan. Pada tahun 1999, Sahroni memutuskan untuk bekerja ke Miami, Florida.
"Flashback sebelum jadi supir itu, eh tukang ojek payung. Tapi proses bagaimana tadi kenapa bisa jadi seperti sekarang ini (politikus dan crazy rich)," tutur Ahmad Sahroni.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni. (Dok. DPR)
Ia menuturkan bahwa bosnya selalu bekerja by phone, karena tidak bisa menyetir mobil.
Bosnya selalu memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pekerjaan ini dan itu, dan terdengar oleh Ahmad Sahroni.
Hingga suatu ketika, saat bosnya tengah mabuk, ialah yang mengerjakan semua pekerjaan milik bosnya tersebut.
"Disaat dia mabuk dan gak bisa kerja, pekerjaan dialah yang gua kerjain. Kebayang dong," terangnya.
"Nah pekerjaan yang dia suruh, gue yang kerjain. Isi kapal, beli kita nebus minyak di Pertamina Kramat Raya waktu itu kantor pemasaran. Kita bayar ke bank, kita yang ngisi ke kapal nah proses itu gua lakuin," sambungnya.
Padahal waktu itu Ahmad Sahroni bekerja sebagai supir, namun bisa terlibat dalam pekerjaan bos. Dari situlah Ahmad Sahroni kemudian bisa berhubungan dengan para pihak terutama para klien dan pemilik kapal.
"Banyak dari mereka lebih dominan senang berkomunikasi dengan gue," ujar Ahmad Sahroni.
Karena saat itu bosnya sulit dihubungi oleh para klien, akhirnya para klien dan pemilik kapal beradaptasi dan berhubungan dengan Ahmad Sahroni.
"Nah si bos ini, someday ada keributan yang luar biasa dengan bos gede. Terjadilah mereka ribut, bos gue itu ngambil uang perusahaan yang akhirnya kabur, akhirnya keributan mereka makin menjadi," ujar crazy rich Tanjung Priok itu.
Karena keributan makin besar, akhirnya Ahmad Sahroni lah yang akhirnya menjadi pengganti dengan proses yang sudah dilewati sebelumnya tersebut.
Tak butuh waktu lama, bahkan tahun 2003 Ahmad Sahroni bisa mencapai posisi GM dalam dua tahun karena memiliki data dan bisa berkomunikasi baik dengan para klien dari bos sebelumnya.
Setelah tahun 2003 para pihak mengatakan bahwa ada salah satu institusi yang meminta dirinya untuk mengambil kerjasama dengan perusahaan lain.
"Dari situlah akhir dari prosesi pergantian klien yang tidak diminta, tapi mereka kasih kepada gue," pungkasnya. (udn/kmr)
Load more