Dalam kurikulum baru tersebut nantinya guru dan kepala sekolah adalah kurikulum yang sebenarnya di sekolah. Siswa SMK tidak hanya diajari dengan hard skill tapi juga soft skill dan pendidikan karakter.
"Kalau guru-guru dan kepala sekolah SMK masih dengan pola lama tidak memahami belajar itu tidak sekedar harus ketuntasan target akademik tanpa melihat apakah anak itu passion atau anak itu menghadirkan talenta terbaiknya atau tidak, terlalu kaku pada aturan, pada kejenuhan kurikulum sehingga jatuhnya adalah menciptakan buruh, yaitu hanya mengajarkan hard skill, iya sih SMK dari dulu sudah praktek tetapi sebagai manusia seutuhnya itu belum terwujud secara tuntas karena lebih pada hard skill, kalau mau utuh itu dibutuhkan kompetensi yang lebih tuntas yaitu soft skill, karakter dan hard skill," terangnya.
Wikan mengakui tidak mudah mengubah mindset guru dan kepala sekolah tentang pendidikan yang merdeka. Oleh karena itu pihaknya akan mengajak Gerakan Sekolah Menyenangkan untuk merombak mindset guru dan kepala sekolah SMK.
Tujuannya agar pola pikir guru tidak lagi kaku agar pendidikan yang merdeka bisa terwujud di Indonesia.
"Filosofi dan nilai-nilai yang hakiki bahwa pendidikan itu harus memanusiakan manusia, memberi kebebasan kemerdekaan sehingga anak itu benar-benar hadir dengan bakat terbaiknya, talenta terbaiknya dan gairah yang paling puncak, ini menurut saya kalau secara anggaran tidak terlalu besar, tidak sebesar membangun gedung atau tidak semahal membeli alat tetapi ini tantangan yang sangat berat merubah mindset pemikiran guru dan kepala SMK," pungkasnya. (Andri Prasetiyo/act)
Load more