Jakarta, tvOnenews.com - Pemilihan umum Presiden atau Pilpres 2024 tak terasa sudah semakin dekat. Menurut PKPU No. 3 Tahun 2022, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden atau Pilpres 2024 akan diselenggarakan pada tanggal 14 Februari 2024 secara serentak di seluruh Indonesia.
Namun, hingga kini nama kandidat yang akan menjadi bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024 belum dapat dipastikan. Meski begitu, beberapa nama telah terdengar berdasarkan hasil survei elektabilitas bakal Capres 2024, seperti Anies Baswedan, Prabowo, dan Ganjar Pranowo.
Ketiga nama tersebut memiliki peran pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo ini. Ketiganya juga memiliki pendukungnya masing-masing, dapat dikatakan ketiganya sama kuat sebagai bakal Capres 2024.
Seperti apa ramalan Denny Darko tentang ketiga nama tersebut untuk masa depan Indonesia mulai tahun 2024, simak informasinya berikut ini.
Denny Darko. (Tangkapan Layar Youtube Denny Darko)
Berdasarkan kartu tarot yang pertama, Denny Darko meramalkan bahwa dalam Pemilu 2024 ia melihat segala sesuatu yang terjadi dikaitkan dengan emosi. Dalam hal ini bermaksud mengenai rasa yang pernah muncul pada pemilu yang sebelumnya, yaitu tahun 2014 dan 2019.
“Yang pertama, saya melihat bahwa Ini semua adalah tentang emosi. Ini semua adalah tentang perasaan dan rasanya ini masih akan tetap sama. Maksudnya rasanya itu bukan perasaan saya tapi rasa yang akan muncul ini masih akan tetap rasa yang muncul seperti di dua Pemilu sebelumnya seperti pemilu di 2014 dan 2019,” ungkap Denny Darko dalam kanal Youtube Denny Darko.
Keadaan saat pemilu yang akan datang dapat terlihat masih terasa seperti pemerintahan Jokowi. Kini semua hal dapat digambarkan identik dengan Jokowi.
Denny Darko menggambarkan sosok Ganjar Pranowo menjadi sosok ‘The Next Jokowi’. Gubernur Jawa Tengah ini sangat identik dengan Jokowi. Mengapa demikian? Ia mengatakan dilihat dari segi partainya, pembawaan serta pola komunikasi Ganjar diidentikkan oleh Jokowi.
Sementara Prabowo yang pada awalnya tetap pada pendirian dengan caranya sendiri, kini ia bergabung dalam kubu Jokowi ketika ia menjadi Menteri Pertahanan Indonesia.
“Kita katakan bahwa Ganjar pranowo ini adalah gambaran the next Jokowi. Karena secara sosok partainya pembawaan dan juga pola komunikasinya ini sangatlah Jokowi. Sedangkan Prabowo yang dulu adalah yang penting selain Jokowi. Dulu adalah Prabowo ternyata di perjalanannya ini masuk ke Kubu Jokowi dan terjadi salah satu menteri dan juga pendukungnya,” ujarnya.
Bagaimana dengan Anies Baswedan? Denny Darko mengatakan mantan Gubernur DKI Jakarta ini masih dengan pendiriannya untuk menjalankan tugas seperti caranya sendiri.
“nah Anies Baswedan itu tidak akan menjadi Anies Baswedan yang sekarang Jika dia tidak memposisikan sebagai anti Jokowi yang dulu Sudah diposisikan dengan anti Ahok,” kata Denny.
Sehingga dalam hal ini, kemungkinan masyarakat yang akan mendukung Ganjar Pranowo bukan karena Ganjar sendiri, melainkan pendukung Jokowi yang ingin meneruskan apa yang telah dilakukan Jokowi.
Pemilih Prabowo mengikuti apa yang ia lakukan kini untuk mendukung Jokowi di era Kabinet Indonesia Maju ini.
“Saya katakan, sebenarnya di sini semuanya adalah tentang Jokowi mungkin yang memilih Mas Ganjar bukan memilih Mas Ganjar tetapi ingin meneruskan Apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi,” jelasnya.
“Nah siapa yang memilih Prabowo adalah orang-orang yang memang akhirnya mengikuti apa yang dilakukan oleh Pak Prabowo untuk mendukung Pak Jokowi,” sambung Denny.
Sementara pemilih Anies Baswedan akan mendukungnya dengan harapan karena Anies dinilai tidak diidentikkan dengan Jokowi. Pendukungnya merupakan orang-orang yang memilih karena tidak mengikuti cara Jokowi saat memimpin negeri ini.
“Siapapun yang memilih Anies mungkin saja tidak secara langsung menyukai Anies baswedan dan melainkan memilih Mas Anies karena yang penting bukan Jokowi atau bau-bau Jokowi maka saya katakan bahwa ini semua tentang emosi dan tentang Jokowi,” kata Denny.
Denny Darko. (Tangkapan Layar Youtube Denny Darko)
Dalam ramalannya, Denny Darko menilai bahwa kedepannya dapat dikaitkan dengan pemerintahan Amerika. Sebab, ia mengatakan hal ini telah terjadi sejak pada pemerintahan Presiden Soeharto yang kepemimpinannya sangat mendukung Amerika.
Namun, pada pemerintahan Jokowi ini Indonesia pelan-pelan mulai melepaskan Amerika untuk berdiri sendiri.
“Jika kita tarik lagi, ini semua sebenarnya tentang, kalau jauh ke depan ya, kita katakan ini tentang Amerika dan apa yang bukan Amerika dan sekutunya. Kita tahu bahwa kemerdekaan di 1945 ini, diteruskan dengan kepemimpinan Soeharto yang tentu saja sangat Pro Amerika lalu kemudian dilanjutkan oleh Pak Habibie akan meneruskan yang tersisa ya dilanjutkan oleh Bu Mega yang mana kita tahu bu Mega dan Gus Dur ini adalah percobaan Indonesia yang mencoba untuk berdiri di kaki sendiri tapi ternyata tetap akhirnya kembali ke Amerika juga saat Pak SBY menjabat,” ujar sang Magician.
“Nah saat Pak Jokowi ini, cengkraman Amerika ini mulai sedikit berkurang dan kita akan tahu bahwa Amerika dan sekutunya atau barat ini mencoba untuk menguasai Indonesia lagi dengan cara menggoyang yang saat ini tidak perlu Amerika,” lanjutnya.
Pada pemilu 2024 dapat dijadikan kesempatan kembali bagi Amerika dan sekutunya agar kembali ke Indonesia.
“Maka kita akan tahu bahwa pemilu 2014-2019 dan 2024 adalah tentang Amerika dan sekutunya yang menginginkan cengkramannya kembali ke Indonesia,” tuturnya.
Berdasarkan kartu milik Denny Darko, salah satu hal yang seharusnya menjadi kekuatan pemersatu bangsa bagi Indonesia, malah bisa jadi perpecahan bagi negeri ini. Kekuatan yang malah jadi kelemahan Indonesia yaitu keberagaman dan perbedaan masyarakat.
Perbedaan suku, bahasa, daerah, kepulauan yang terpisah-pisah bisa saja terjadi diantara masyarakat. Nantinya masalah tersebut akan menjadi isu SARA.
Menurut Denny Darko, Jokowi selalu diposisikan sebagai hegemoni bagi orang-orang Jawa atau sebagian besar pulau Jawa. Maka dari itu, Prabowo Subianto justru perkuat di daerah lainnya seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi pada pemilu sebelumnya.
“Kita akan menyadari jika Jokowi itu selalu diposisikan sebagai hegemoni kekuasaan orang-orang Jawa atau pulau Jawa dan maka kepulauan di sekitarnya, ini selalu diasosiasikan dengan yang bukan mereka,” ungkap Denny Darko.
“Maka kita akan tahu dan mengerti, mengapa dulu Prabowo memiliki pemilih yang besar di sebagian besar Sumatera mungkin di Kalimantan dan Sulawesi juga dan mengapa Jokowi itu di daerah Jawa bukan Jawa Barat tentu saja dan kalau kita lihat Jawa Barat,” sambungnya.
Dengan kondisi tersebut, maka nantinya ketika Ganjar Pranowo bertemu dengan Prabowo Subianto. Kemungkinan akan terjadi satu atau dua putaran pemilu. Namun, apabila keduanya bersatu menjadi sebuah pasangan, maka akan memiliki suara mayoritas.
“Maka nanti apa yang akan terjadi adalah pemilunya akan terjadi satu putaran atau dua putaran itu tergantung. Jika ternyata nanti Ganjar pranowo dan Prabowo ini terpisah dalam dua pencoblosan, maka kita katakan bahwa Pemilu ini bisa dipastikan akan terjadi dua kali putar mungkin tidak sesuai seperti apa yang diinginkan,” telaah Denny Darko.
“tapi jika ternyata Ganjar Pranowo dan Prabowo ini bersatu di dalam kapal yang sama maka bisa dipastikan ini akan terjadi dalam satu kali putaran dan mereka akan jadi pemenangnya, Anies bisa dipastikan akan kehilangan suara,” lanjutnya. (kmr)
Load more