Sementara itu, perwakilan Sanggar Kenyo Cengkir, yang memfasilitasi permainan tradisional ini, Kumara, menjelaskan, pihaknya ambil bagian dalam agenda ini, dengan tujuan pelestarian. Pasalnya, ia tak menampik, belakangan semakin jarang anak-anak yang terlihat memainkan egrang, bakiak, maupun gangsing.
"Supaya wisatawan, khususnya yang masih muda-muda itu kenal sama permainan tradisional yang dulu mungkin dimainkan orang tua mereka. Bisa dibilang sekarang ini sudah hampir punah. Jadi, lewat agenda ini coba kita kenalkan lagi ke mereka," urainya.
Kumara memamparkan, untuk memainkan permainan tradisional seperti itu, tidak dibutuhkan keterampilan khusus, meski pada awalnya dibutuhkan penyesuaian dan ketelatenan. Misal permainan egrang yang butuh penyeimbangan diri, atau bakiak yang menuntut satu kesatuan irama langkah dengan rekan satu tim.
"Awalnya memang agak susah. Tapi, lama-lama kalau sudah ketemu dengan pola dan kunci permainannya pasti asyik sendiri. Tadi banyak kan itu, yang sampai ketagihan main berkali-kali," terangnya. (Nur/ito)
Load more